Sakitkah Jiwa Anda?
Membaca judul di atas, kening Anda mungkin langsung berkerut, bergidik sambil mengelus dada, “Sakit jiwa? Idih, amit-amit!”
Apa sih “sakit jiwa” itu? Apakah istilah itu hanya layak dilekatkan pada orang “hilang ingatan”, yang suka tertawa atau bicara sendirian sambil berkeliaran di jalan-jalan ? Eits, jangan salah! Perlu Anda ketahui, ketika Anda sering mengeluh tentang hal-hal yang sepele saja, sebenarnya itu adalah salah satu gejala “jiwa yang sakit”.
Di dalam Tubuh Yang Sehat Terdapat Jiwa yang Kuat??
Kita semua tentu pernah merasakan sakit fisik, baik yang kelas ringan maupun kelas berat. Bagaimana kita menyikapi sakit tersebut, itu adalah cerminan dari kesehatan jiwa kita. Jika baru meriang sedikit saja kita sudah mengeluh ke sana-kemari seperti sedang sakit parah, maka ada yang tidak beres dengan jiwa kita.
Syekh Ahmad Yasin adalah seorang tokoh pemimpin rakyat Palestina melawan penjajah Zionis Israel. Dia adalah seorang tua renta yang lumpuh dan buta matanya, sehingga ke mana-mana harus selalu dengan kursi roda. Subhanallah, dengan keterbatasan fisik yang sedemikian parah, dia masih sanggup memimpin rakyat Palestina berjihad, bahkan menjadi tokoh yang paling ditakuti musuh.
Satu bukti nyata, kekuatan jiwa mampu mengalahkan kelemahan fisik! Tak dapat disangkal lagi, kesehatan jiwa sesungguhnya jauh lebih penting ketimbang kesehatan fisik. Fisik kita boleh sakit, tapi jangan sampai jiwa kita sakit! Kisah nyata Syekh Ahmad Yasin juga mematahkan semboyan “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”.
Jiwa Sehat vs “Jiwa Sakit”
Jiwa yang sehat dan kuat hanya kita dapat jika kita dekat dengan Allah. Ini terkait erat dengan dua hal yang memengaruhi jiwa manusia, yakni nafsu dan ruh.
Setiap manusia memiliki fitrah untuk menjadi baik, sehingga lahirlah ketakwaan kepada Allah swt. Pada dasarnya, fitrah untuk menjadi baik itulah yang mendominasi jiwa kita. Namun dalam perjalanan kehidupan, kita kerap dibenturkan oleh berbagai hal yang membuat kita jauh dari fitrah kebaikan. Tak heran jika kita mendapati saudara-saudara kita atau mungkin diri kita sendiri kerap berbuat kemaksiatan.
Jika fitrah seorang manusia adalah baik, lantas salah siapa jika dia sampai berbuat jahat? Sesungguhnya, Allah selalu menghadapkan kita pada dua persimpangan jalan, yakni jalan kebaikan dan jalan kejahatan (QS. As-Syams:7-10). Saat kita berbuat dosa, fitrah kita tengah terjebak oleh benda bernama nafsu, sehingga jalan kejahatanlah yang kita pilih.
Jiwa Manusia
Untuk kembali kepada fitrah sebagai manusia yang baik, kita perlu melakukan berbagai upaya penyucian jiwa. Sebelumnya, pahami dulu keadaan jiwa kita.
Secara garis besar, ada tiga keadaan jiwa manusia:
1. Keadaan jiwa yang dapat mengendalikan hawa nafsu.
Ruh lebih kuat daripada nafsu. Orang yang keadaan jiwanya seperti ini, orientasi hidupnya adalah zikir kepada Allah swt. Maka ia akan selalu terdorong untuk berbuat yang baik-baik saja. Hasilnya: jiwa yang tenang (nafsun muthmainnah). Ingin menjadi orang yang seperti ini? Rajin-rajinlah menyantap “makanan ruh”: tilawah, sholat, zikir, berucap kata-kata yang baik (thoyyib).
2. Keadaan jiwa yang hanya menjaga keseimbangan antara ruh dan nafsu.
Orang yang keadaan jiwanya seperti ini, orientasinya hanya kepada akal/logika. Ia kerap merasa ragu antara menjaga kesholehan diri dengan berbuat kemaksiatan. Ia bisa mengendalikan nafsunya hanya di saat-saat tertentu saja. Hasilnya: nafsul lawwamah (jiwa yang selalu menyesali diri). Menurut Rasulullah saw, perumpamaan orang semacam ini adalah ibarat domba yang tersesat di antara dua ekor kambing. Ia adalah “golongan tengah” yang bisa juga disebut orang munafik.
“Dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri)” (QS. Al-Qiyamah [75]:2)
3. Keadaan jiwa yang tidak dapat mengendalikan nafsu.
Nafsunya lebih kuat daripada ruhnya. Orientasinya hanya syahwat belaka, keinginan bersenang-senang saja. Ia adalah orang yang selalu terjebak dalam nafsul ammarah. Ia yang selalu terpedaya oleh tipu daya setan, bahwa surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tak disukai manusia, dan sebaliknya neraka dikelilingi hal-hal yang disukai manusia. Naudzubillah min dzalik.
Termasuk jiwa yang manakah Anda? Mari sucikan jiwa kita, agar selalu terjaga dan menjadi nafsun muthmainnah (jiwa yang tenang).
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al Fajr [89]:27-30)
Wallahua’lam bisshowwab.
REFERENSI:
- Modul Materi Tarbiyah
- Sakit Jiwa = Aib? >> http://wikimu.com/
- 5 Tahun Syahidnya Syekh Ahmad Yasin >> http://www.dakwatuna.com/2009/5-tahun-syahidnya-syekh-ahmad-yasin/
- Al Qur’anul Karim
by: Bunda Raihan
Sahabat dan Kegagalan
Oleh: Elka Ferani
Elka, apa kabar? Aku mau buka usaha, jual es dan makanan kecil. Kira-kira makanan apa yang enak dan nggak cepat basi?
Demikian bunyi SMS dari salah seorang sahabatku di seberang pulau. Aku mengerutkan kening, membaca kembali SMS tersebut, sembari menebak-nebak. Apakah …, apakah…, dia jadi …?
Tak ingin kubiarkan pikiranku terus dipenuhi tanda tanya. Segera kubalas SMS-nya dengan mengabarkan kondisiku, kemudian balik menanyakan kabarnya.
Baik. Proses cerai juga sudah hampir selesai …
Deg! Benar dugaanku! Innalillaahi …
Bukan satu-dua kali aku pernah mendengar berita tentang perceraian. Sering sekali. Dan tak ada rasa apa pun. Namun jika perceraian itu menimpa sahabat sendiri, ternyata rasanya sungguh berbeda. Antara percaya dan tidak. Dan tentu saja, ikut sedih dan prihatin. Apalagi, baru sekitar delapan bulan sebelumnya sahabatku itu datang ke kotaku bersama suaminya dalam rangka berlibur. Hanya berdua saja. Karena dua tahun menikah, mereka tak jua dikaruniai momongan. Tapi kulihat mereka terlihat mesra, seakan tak ada masalah apa pun.
“Ada kista di rahimku,” katanya. “Aku gemukan, ya? Gara-gara suntik hormon, nih!” lanjutnya ceria sambil menjawil-jawil pipi putri kecilku, Aira. Suaminya, lelaki yang terlihat sangat penyabar itu, ikut tersenyum-senyum di sampingnya.
Waktu itu, bertahun-tahun sudah aku tak bersua dengannya. Perjumpaan terakhir terjadi saat ia menghadiri resepsi pernikahanku di tahun 2005. Lalu, lama aku tak mendengar kabar tentangnya. Hingga suatu hari, dari seorang sahabatku yang lain, aku mendengar dia akan menikah. Kukirim SMS ucapan selamat kepadanya, sambil sedikit protes, “nikah kok gak ngundang-ngundang atau minimal kasih kabar?”
“Cuma kecil-kecilan saja kok acaranya, nggak dirayakan,” balasnya singkat.
Sahabatku yang satu ini memang berasal dari keluarga sederhana. Kini ia tinggal dan bekerja di kampung halamannya sendiri, sebuah kota kecil di salah satu sudut Pulau Jawa. Aku sedikit takjub ketika sekitar delapan bulan yang lalu dia datang ke kotaku bersama suaminya, dengan membawa sebuah mobil bagus mengkilat yang diakuinya sebagai mobilnya. Jujur, aku tak menyangka hidupnya telah sedemikian mapan.
Begitulah. Setelah menghabiskan waktu liburan beberapa hari di Bali, dia dan suaminya kembali pulang ke kota mereka. Dan hidupku terus berjalan dengan warna-warni yang datang silih berganti. Kadang senang, kadang susah. Kadang bersyukur, namun tak jarang juga mengeluh.
Beberapa bulan berlalu. Suatu hari tiba-tiba dia meneleponku, bertanya sesuatu terkait hukum talak. Aku yang tak siap mendapat pertanyaan semacam itu, sempat gelagapan dibuatnya. “Emang siapa yang mau cerai?” tanyaku.
Dia menghela nafas. “Aku,” lirihnya.
“Ya Allah,” bisikku. Aku tak tahu harus berkomentar apa. Selanjutnya, kucoba menyimak ceritanya, dengan suara yang terdengar timbul-tenggelam karena sinyal ponsel yang tak terlalu bagus. Aku hanya bisa manggut-manggut mendengar ceritanya, karena sejujurnya aku tidak terlalu paham. Hanya saja, waktu itu kusimpulkan permasalahannya tidak terlalu parah. Hubungan mereka tentu masih bisa diperbaiki, dan kuharap demikian.
Namun kemarin, SMS yang dikirimnya telah menyadarkanku, bahwa harapanku tidak menjadi kenyataan. Biduk rumah tangga sahabatku benar-benar telah karam …
***
… aku gagal di satu audisi menulis. Sedih rasanya, mengingat sudah habis-habisan membuat tulisan itu, meluangkan banyak waktu, tenaga, pikiran, sempat mengacuhkan anak-anakku juga …
Demikian bunyi SMS yang kuterima keesokan harinya, dari seorang sahabatku yang lain. Aku tertegun. Sedikit tak percaya SMS itu ditulis olehnya. Dia adalah sahabat yang kukenal lewat dunia maya. Kami belum terlalu lama saling mengenal, dan belum pernah satu kali pun kami bertatap muka secara langsung. Namun, aku dapat menyelami kepribadiannya lewat tulisan-tulisannya yang dikirimnya di Facebook. Mestinya, dia bukanlah tipe orang yang suka menangisi kegagalan.
Sejenak bingung harus menjawab apa, akhirnya aku cuma bisa memberinya nasehat klise. Sabar, pasti ada hikmah di balik semua itu. Mungkin Allah sedang menegurmu. Bla … bla … bla …
Lalu dia pun membalas lagi. Bla … bla … bla … (Intinya, masih sedih)
Kubalas lagi. Bla … bla … bla …
Setelah balasan yang kesekian, baru mulai kulihat muatan positif dalam SMS-nya.
“Ah, Tuhan menghibur hatiku tadi. Saat hendak menutup layar leppy, aku melihat raut wajahku di sana. Suara hatiku tiba-tiba bilang, hei, tersenyumlah. Ketika aku tersenyum, suara hatiku bicara lagi, nah, begini yang tentunya diharapkan Allah. Hamba-Nya rajin tersenyum dan berlapang dada, daripada cemberut dan berburuk sangka. Percayalah rezeki dan keberkahan tak akan lari ke mana, teruslah berusaha! Jika hati selalu dimuati muatan positif, maka muatan negatif akan pergi dengan sendirinya …”
Subhanallah. Bahagianya hatiku. Sahabatku sudah bisa tersenyum lagi. Dan aku pun merasa turut kecipratan aura positif dari kalimat-kalimatnya.
Kami lantas mengobrol satu-dua hal lain. Aku bahkan sempat sedikit curhat sedikit kepadanya soal masalahku. Kali ini, ganti dia yang menghiburku dengan untaian kata-kata penuh inspirasi. Bla … bla … bla …
“Kalau dipikir-pikir, kita ini beruntung, ya? Muslimah, berjilbab, menikah, punya suami yang baik, anak sepasang, bisa menulis …,” tulisnya lagi, entah di SMS yang keberapa.
Tentu saja, kita amat-sangat beruntung sekali, jawabku dalam hati, dengan mata sedikit berkaca, karena detik itu juga aku teringat pada sahabatku tercinta di seberang pulau, yang amat-sangat mendambakan anak, dan baru saja dicerai secara dzalim oleh suaminya. Semoga, di sana ia juga tengah mensyukuri beribu nikmat Allah yang lain, meskipun satu-dua nikmat telah tercabut dari dirinya. Semoga ia tabah dan mampu kembali bangkit.
Bukankah Allah tak pernah menutup satu pintu tanpa membuka pintu yang lain?
Jimbaran, 8 Maret 2011
17.24 wita
Ketika baru saja menerima sebuah rezeki besar: lolos salah satu audisi menulis :-)
http://muslimahkeadilan.blogspot.com/2011/03/sahabat-dan-kegagalan.html
HATI YANG SELAMAT
Hati yang senantiasa merasa sehat dalam kesakitan, kaya dalam kemiskinan, ramai dalam kesendirian, lapang dalam kesempitan dan terhibur dalam kesusahan. Ia bersikap ridho dengan apa saja pemberian ALLOH SWT.
Tujuh Golongan Yang Mendapat Kado Istimewa
Dari ALLOH SWT
Sahabat yang senantiasa dirahmati Allah SWT. Sudah kita ketahui bahwa usia pemuda adalah usia yang cukup menarik. Yang masih terkandung energi atau tenaga yang lebih banyak dibanding yang lebih senior. Dan Allah pun memberikan keistimewaan kepada pemuda. Karena PEMUDA HARI INI ADALAH PEMIMPIN MASA DEPAN yang harus dipersiapkan untuk menjadi teladan yang baik di kemudian hari. Allah pun memberikan ujian yang lebih “keren” kepada pemuda dibanding kepada orang tua. Hal kecil saja, misalnya seorang pemuda laki-laki yang sedang tertarik kepada seorang pemuda perempuan yang cantik. Hal ini ujian, yang jika tidak terjaga maka pemuda tersebut akan terjerumus kepada kemaksiatan. Lalu, ujian kemalasan beribadah kepada Allah. Jika ia lalai, maka Allah pun akan menyesatkannya.
Subhanallah ………….
Berbicara mengenai kata perbuatan, Allah akan memberikan ganjaran pahala bagi orang yang beramal shalih, sebaiknya Dia akan memberikan hukuman bagi yang berbuat kemunkaran. Sebagaimana orang tua yang memberikan hadiah bagi anak-anaknya yang baik dan berprestasi dan memberikan hukuman bagi yang nakal.
Naungan Allah pada hari kiamat, saat tidak ada naungan lagi selain dari Allah Yang Maha Rahmaan-Rahiim. Itulah kado istimewa yang Allah sediakan untuk kita, pemuda. Siapa saja tujuh golongan itu??
1. Hakim yang Adil
Nah lho…, katanya pemuda, tapi yang disebut malah hakim?? Saudara pembaca yang budiman, di antara kita mungkin sudah sering mendengarkan kalimat ini. Setiap orang adalah pemimpin atas dirinya, dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Jadi, jangan dulu memikirkan bahwa pemimpin itu membawa banyak orang di bawahnya, seperti presiden, gubernur, dan lainnya. Namun ternyata setiap kita adalah pemimpin bagi diri kita masing-masing. Jadilah pemimpin yang adil, yang selalu membawa diri ini kepada kebaikan. Itulah pemimpin yang adil, membawa yang dipimpinnya untuk selalu berbuat kebaikan, menghindarkan dari hal-hal yang membawa keburukan. Seperti beribadah yang taat, menghadiri majelis-majelis ilmu, berbuat baik kepada setiap orang terutama kepada orang-orang terdekat-orang tua, keluarga, sahabat-, dan lain sebagainya. Itulah pemimpin yang adil. Dan pemuda yang mengerti pasti bisa menjadi pemimpin yang adil.
2. Pemuda yang taat ibadah hanya kepada Allah SWT
Saudaraku yang diberkahi Allah, sungguh beruntung bagi orang-orang yang senantiasa untuk taat beribadah kepada Allah SWT. Terutama kita, sebagai pemuda. Sungguh Allah akan memberikan banyak pahala kepada pemuda yang taat beribadah kepada-Nya, dibanding orang tua yang taat. Wajar saja, karena ujian (godaan)-nya lebih banyak dan dahsyat kepada pemuda. Seperti jaman sekarang, banyak sekali pemuda yang terlalaikan oleh teknologi, sinetron televisi, dan lainnya. Saat ini, pagelaran piala dunia di Afrika telah membuat pemuda lalai untuk shalat Maghrib dan ‘Isya, apalagi jadwalnya yang pukul 01.30 waktu Indonesia barat, sebagian telah alai untuk menunaikan qiyamul lail. Padahal waktu-waktu qiyamul lail adalah kesempatan kita untuk berkhalwat dengan Allah swt. Waktunya Allah mendengarkan doa-doa kita lebih dekat, karena waktu itu, Allah turun ke langit bumi-jarak terdekat antara langit dan bumi-.. semoga kita terus berusaha untuk meningkatkan ketaatan ibadah kita kepada Allah SWT.
3. Pemuda yang terpaut hatinya kepada Masjid-masjid
Saudaraku yang mudah-mudahan selalu mendapat RIDHO Allah SWT. Lagi-lagi Allah memberikan hadiah istimewanya itu untuk pemuda. Sungguh Allah memberikan nikmat yang banyak kepada para pemuda yang patut kita syukuri. Saudara pembaca, Allah akan memberikan Naungan-Nya di saat tidak ada lagi naungan kecuali dari-Nya kepada pemuda yang hatinya terpaut pada masjid. Dimana pun ia berada, sedang apapun ia beraktivitas, namun saat terdengar panggilan Allah SWT.-adzan-, maka ia akan segera memenuhi panggilan tersebut. Tidak hanya untuk menunaikan shalat fardhu saja, namun juga untuk memakmurkan masjid-masjid Allah dengan mendawamkan tilawah Al-Qur’an, mengkaji hadits, kaji tafsir, mengajarkan pelajaran bermanfaat-terutama ilmu Islam- dan lain sebagainya. Dalam haditsnya, tertulis masaajida, yang artinya masjid-masjid (jamak), jadi kita tidak hanya saja memakmurkan masjid yang ada di sekitar rumah kita, namun terlebih kita harus berusaha memakmurkan masjid dimana pun kita berada. Baik sedang di perjalanan, atau sedang ada di luar kota tempat kita tinggal.
4. Pemuda yang bersedekah secara bersembunyi-sembunyi
Saudara pembaca, Rasulullah saw. adalah teladan kita semua, beliau juga adalah orang yang paling dermawan. Terlebih di bulan Ramadhan, kebaikan sedekahnya lebih cepat dibanding angina yang berhembus. Kita juga sepatutnya dapat mendermakan sedekah kepada yang membutuhkannya. Dan sedekah yang utama adalah sedekah secara sembunyi-sembunyi sehingga (ibaratnya) tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya. Ini menggambarkan tentang makna keikhlasan hati orang yang bersedekah. Sesungguhnya tidak ramai orang yang dapat menyembunyikan kebaikan yang dilakukannya melainkan akan terdapat juga perasaan riya’ dan ingin menunjuk-nunjuk supaya mendapatkan pujian atau sanjungan dari orang ramai atau sekurang-kurangnya ada orang yang mengetahui kebaikan yang dilakukannya itu. Sesungguhnya, sikap tersembunyi-sembunyi akan menimbulkan keikhlasan dan menjauhkan sifat riya’, insya Allah..
5. Dua pemuda yang bertemu dan berpisah karena Allah
Tunggu dulu…ini buka antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya, namun saudara se-iman. Sesama ikhwan, atau sesama akhwat. Inilah yang menjadi usaha bagi yang sudah mempunyai kelompok rutin pekanan. Ia bertemu untuk merekatkan ukhuwah, bersama-sama berniat karena Allah untuk mencari ilmu, saling mengingatkan dalam kebaikan, ketaatan dan lainnya. Ia berpisah karena Allah untuk menyebar kebaikan kepada orang lain yang lebih banyak. Bersyukurlah, wahai saudara pembaca yang sudah mempunyai kelompok pertemuan. Allah akan memberikan pahala yang besar bagi orang-orang yang berkasih sayang dan saling mengingatkan kepada kebaikan dan kesabaran. Betapa Allah memberikan pahala kepada dua orang yang bertemu dan berpisah karena-Nya, apalagi lebih dari dua orang. Perbanyaklah saudara kita.
6. Pemuda yang menolak rayuan wanita untuk berzina
Saudaraku, sungguh Allah Maha Tahu, ujian demi ujian yang kita lalui pastilah Allah akan memberikan imbalan yang setimpal jika kita dapat melalui ujian tersebut dengan baik dan benar menurut Allah SWT. Dikisahkan seorang pedagang karpet pada jaman Rasulullah, yang juga sahabat beliau. Ia menjual karpetnya secara keliling. Karena saking ramah dan baik dan tampannya pedagang tersebut, maka hampir setiap hari ia dapat menjual karpet-karpetnya. Suatu hari di suatu daerah, karpet dagangannya belum ada yang membeli. Beberapa saat kemudian ada seorang gadis cantik yang menghampirinya. Ia berpura-pura akan membeli karpetnya jika pedagang ini ikut ke rumahnya. Maka, ia pun mengikuti karena tidak tahu niat jahat perempuan ini. Setelah mereka tiba di rumah, sang perempuan tersebut berbicara kepada pemuda tampan itu untuk berzina dengannya. Secara spontan, lelaki itu kaget dan menolak ajakannya. Beberapa saat kemudian ia mempunyai ide. Ia meminta izin ke kamar mandi. Secara tiba-tiba, si perempuan itu kaget melihat sang pemuda pedagang karpet itu sudah terlumuri kotorannya sendiri. Ya, sang pemuda melumuri badannya dengan kotorannya sendiri dengan tujuan supaya wanita tidak ingin berzina dengannya. Karena baunya, maka wanita itu pun mengusir pemuda penjual karpet itu. Sepanjang perjalanan pulang banyak yang mengganggapnya orang gila dan bau terhadapnya. Sang Pemuda bergegas mandi dan membersihkan dirinya dengan bersih. Saat sudah mandi dan berkemas untuk melanjutkan dagangnya, banyak sahabat lain dan orang-orang di sekitarnya mencium bau harum seperti parfum kasturi. Bahkan dari jarak yang jauh. Setelah Rasulullah mengetahuinya, beliau dan para sahabat menjulukinya sebagai Sang “Al-Misk”, yang harum seperti parfum surga. Dari peristiwa itu, sampai meninggalnya-bahkan sampai di surga, sahabat itu akan tetap harum kasturi.. (al-hadits). Itulah balasan dari Allah SWT. Kepada orang-orang yang mampu menjaga diri dan kehormatan hidupnya.
7. Pemuda yang mencucurkan air mata saat shalat malam.
Sahabat, ada lagi satu peristiwa yang cukup menggugah kita, yang patut ditafakuri oleh semua. Cerita ini pula yang menjadi sebab turunnya (asbabul nuzul) Qur’an Surat Ali Imran ayat 190-191. Pada suatu subuh, Bilal bin Ra’bah memanggil Rasulullah saw. Karena pada Subuh tersebut tidak seperti biasanya, Rasulullah belum datang-datang untuk menunaikan shalat subuh berjamaah. Setelah Bilal menghampiri, ia mendapati Rasulullah sedang menangis tersedu-sedu. Rasulullah saw. Bercerita kepada Bilal bahwa ia baru menerima wahyu dari Allah SWT. Melalui Malaikat Jibril. “Inna Fii Kholqissamaawaatii wal ardh, wakhtilaa fillaili wan nahaari la aayatilliuulil albaab”; Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam pada malam terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal. Saat itu Bilal bertanya, bukankah engkau sudah berakal Yaa Rasulullah?? Lalu Rasulullah saw menjawab: “memang Allah memberiku kelebihan dan akal yang dapat menerjemahkan ayat ini, tapi bagaimana dengan umatku??” lalu Bilal pun hanya terdiam dan ikut menitikkan air matanya.
Saudara pembaca yang mulia dan saya banggakan, Allah menyediakan waktu-waktu yang mustajabnya do’a, saat itulah semestinya kita dapat berkomunikasi langsung denganNya melalui dzikir-dzikir dan do’a-do’a kita. Sungguh Allah akan mengabulkan doa-doa itu. Saudara pembaca, berdo’alah kepadaNya, memohon apa yang kita minta. Salah satu waktu mustajab itu adalah dengan qiyamullail, karena waktu itu Allah akan turun ke bumi, menjadi saksi bahwa hambaNya mendekatkan diri kepadaNya di saat yang lain sedang terlelap tidur.
Ingatlah, ada dua tetesan yang haram tersentuh neraka. Tetesan air mata karena tangisan kepada Allah saat shalat malam dan tetesan darah syuhada yang berjihad di jalan Allah…
Itulah saudara pembaca, tujuh hal yang menjadikan kita mendapatkan hadiah, kado spesial dari Allah SWT. Semoga kita dapat menjadi salah satu golongan di atas, menjadi hamba Allah yang mendapat naunganNya di saat tidak ada lagi naungan Allah kepada siapa pun. Perbanyaklah ketaatan (ibadah) kita kepada Allah.
Sahabat, berbaiksangkalah kepada Allah SWT.
Sumber : www.dakwatuna.com
KETIKA TANGAN ALLOH SWT MENAMPAR JEPANG
Dikisahkan bahwa di Mesir terdapat seseorang yang aktif di masjid untuk adzan dan shalat. Pada diri orang tersebut terdapat kharisma ibadah dan cahaya ketaatan. Pada suatu hari ia naik ke atas menara untuk adzan sebagaimana biasa. Di bawah menara itu terdapat sebuah rumah milik orang Nashrani dzimmi (yang dilindungi negara Islam). Orang tersebut melihat ke rumah dan nampak seorang gadis anak orang Nashrani itu, gadis itu cantik sekali. Orang itu tergoda olehnya dan tidak jadi adzan, ia turun menemuinya, gadis itu bertanya,
Ada apa dan apa yang kamu inginkan?
Kamu yang aku inginkan, jawabnya.
Aku tidak mau menurutimu melakukan yang tidak benar.
Aku akan menikahimu.
Kamu seorang Muslim sedang ayahku tidak akan menikahkan aku denganmu.
Aku masuk Kristen, katanya.
Jika kamu melakukan itu, aku mau.
Lalu orang itu masuk Kristen demi menikahi gadis itu dan tinggal di rumah itu bersama keluarga Nashrani. Pada hari itu juga ia naik ke atap rumah kemudian jatuh dan meninggal dunia. Ia tidak berbahagia dengan agamanya dan tidak sempat merasakan keindahan hidup bersama gadis itu. Sahabat betapa ketika kita tidak mampu memenej gejolak Nafsu Syahwat, maka prestasi spiritual yang kita ukir sejak sekian lama, musnah bagai debu tertiup angin bahkan akan melemparkan kita ke jurang kenistaan dan kehinaan yang tak kunjung berakhir di Dunia dan di Akhirat.
Lalu apa jadinya ketika Nafsu Syahwat dijadikan Industri Mega Bisnis ?
Sahabat yang senantiasa dalam naungan lindungan keselamatan dari Allah SWT, apa yang terlintas didalam benak hati kecil kita, ketika dalam hitungan menit dahsyatnya Tsunami menyapu Jepang Negara super canggih ?
Kita bisa melihat dengan sangat jelas dan kasat mata, betapa limpahan harta kekayaan yang sangat mewah disapu habis Tsunami dalam seketika bagai sampah yang tak berguna. Mungkinkah Jakarta juga akan dijepangkan oleh Allah SWT ? akankah kita masih merasa selalu aman terhadap segala bentuk investasi dan kekayaan yang kita tanam dan kita simpan untuk kenyamanan hidup di Dunia yang sejenak ini ?
"Ataukah kamu merasa aman bahwa Dia tidak akan mengembalikan kamu ke laut sekali lagi, lalu Dia Tiupkan angin topan kepada kamu dan Ditenggelamkan-Nya kamu disebabkan kekafiranmu? Kemudian kamu tidak akan mendapatkan seorang penolong pun dalam menghadapi (siksaan) Kami ". ( Al-Isro : 69 )
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa“ (Al-An'am: 44).
Sahabat, lalu mengapa ALLAH memilih menampar Jepang dengan Tsunami ? Apalagi kalau bukan Bisnis Mega Maksiat yang terjadi di Jepang. Kalau kita bertanya siapakah Artis Porno yang paling terkenal di dunia saat ini ? jawabnya pasti Artis Asal Jepang, namanya ? wah, Anda lebih tau dari saya. Negara mana yang melegalisasi Industri Pornografi ? jawabnya adalah Jepang, tau gak berapa omset industri Pornografi di Jepang ? tahun 2008 konon sudah mencapai 46 Triliun per tahun !, berapa jumlah Film yang diproduksi ? sekitar 14.000 Film Porno per tahun, sementara Amerika Serikat saja cuma 2.500 Film Porno per tahun. Bahkan Bisnis Prostitusipun sudah dilegalkan di Jepang.
Produksi Film Kartun Maksiat yang paling canggih dan menginspirasi keseluruh pelosok Dunia termasuk Indonesia yang saat ini ketularan Demam Video Porno amatiran, dari mana ? dari mana lagi kalau bukan dari Jepang. Jadi tidak salah kalau Allah SWT memilih Jepang untuk ditampar dengan Tsunami sebagai pelajaran bagi Negara-negara lain di Dunia termasuk Indonesia dan Tsunami Jepangpun mulai mencium Papua yang masyarakatnya juga sangat gemar dengan maksiat dan mungumbar Nafsu Syahwat. Ibnu Mas’ud berkata: " Tidaklah muncul riba dan zina pada suatu Wilayah kecuali Allah akan mengizinkan kehancurannya."
Sahabat, adakah kita tidak melihat betapa Maha Kuatnya dan Maha Kuasanya Allah SWT dalam mengintruksi Alam Semesta Ciptaan-Nya?. Jadi haruskah kita berputus asa untuk selalu berdekatan dengan ALLAH dengan selalu hidup dalam naungan Sistem-Nya, haruskah kita iri hanya karena melihat betapa Negara-negara maju dan adidaya mengeruk harta dan kakayaan Alam dan hidup dengan bergelimang kemewahan.
Bukankah ALLAH Sangat-Sangat Kuasa untuk melenyapkan harta kekayaan mereka dalam sekejab bahkan membenamkan mereka semua dalam perut Bumi jika ALLAH mengehendaki lalu mewariskan Kemakmuran Bumi ini kepada orang-orang yang beriman dan bertaqwa !, mengapa harus berebut kekuasaan ? mengapa harus ada terror ? mengapa harus ada Bom ? mengapa harus Demonstrasi ? apa artinya teror dibanding suara Petir yang dahsyat menggelegar, apa artinya bom dibanding Letusan Gunung Merapi, Gempa Bumi dan Tsunami ?
Musa berkata kepada kaumnya, “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya BUMI (INI) MILIK ALLAH DIWARISKAN-NYA KEPADA SIAPA SAJA YANG DIA KEHENDAKI DI ANTARA HAMBA-HAMBA-NYA. Dan kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang YANG BERTAKWA.” ( Al-A’rof :128 )
Wallahu’alam bishowab.
10 SIFAT MUSLIM
1. Salimul Aqidah
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam (QS 6:162).
Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.
2. Shahibul Ibadah
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: “shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.
Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw ditutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman yang artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung (QS 68:4).
4. Qowiyyul Jismi
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah (HR. Muslim).
5. Mutsaqqoful Fikri
Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya
itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219).
itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219).
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.
Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).
6. Mujahadatul Linafsihi
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu.
Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).
7. Harishun Ala Waqtihi
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya.
Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu”. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi.
Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun fi Syuunihi
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.
9. Qodirun Alal Kasbi
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Kareitu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.
10. Nafi’un Lighoirihi
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya.
Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).
Penyebab Matinya Hati
"Hati dan jasad adalah seperti seorang tuna netra ( orang buta ) dan seorang lumpuh memasuki sebuah kebun. Si lumpuh berkata kepada sang tuna netra, "Aku bisa melihat buah-buahan yang ada di kebun ini tetapi tidak dapat memetiknya, karena aku lumpuh. Kau tidak dapat melihatnya, tetapi kau tidak lumpuh. Gendonglah aku."
Sang tuna netra menggendong si lumpuh, dan memetik buah-buahan tersebut, kemudian mereka memakannya.
Ruh dan jasad bekerja sama untuk berbuat maksiat kepada Allah swt, maka keduanya layak mendapat siksa." (Salman Al-Farisi )
“Orang yang berhati hasud (dengki) tidak akan meraih kemuliaan dan orang yang suka dendam, akan mati merana. Sejelek-jeleknya saudara adalah yang selalu memperhatikan dirimu ketika kamu kaya dan ia menjauhi kamu, ketika kamu dalam keadaan melarat. Bersikap rela terhadap taqdir Allah swt yang tidak menyenangkan adalah merupakan martabat yang tinggi.” (Ali Zainal Abidin Ra )
“Jika telah ada akar yang tertanam dalam kalbu, maka lidah akan berperan sebagai pemberi kabar cabangnya.” ( Imam Syafi’i )
"Doa' kalian tidak terkabul karena hati kalian telah mati, dan penyebab matinya hati kalian adalah sepuluh Hal :
1. Kalian mengenal Allah swt, tetapi tidak memenuhi hak-haknya.
2. Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah saw, tetapi tidak mengikuti sunah-sunahnya.
3. Kalian membaca Al-Qur'an , tetapi tidak mengamalkan isinya.
4. Kalian menikmati berbagai karunia Allah swt, tetapi tidak bersyukur kepadanya.
5. Kalian nyatakan setan sebagai musuh, tetapi tidak menentangnya.
6. Kalian nyatakan surga itu benar-benar ada, tetapi tidak beramal untuk memperolehnya.
7. Kalian nyatakan neraka itu ada, tetapi tidak berusaha untuk menghindarinya.
8. Kalian nyatakan kematian itu pasti datang, tetapi tidak bersiap-siap untuk menyambutnya.
9. Sejak bangun tidur kalian sibuk meneliti dan memperbincangkan aib ( keburukan ) orang lain dan melupakan aib ( keburukan ) kalian sendiri.
10. Kalian kuburkan mereka yang meninggal di antara kalian, tetapi tidak pernah memetik pelajaran darinya. ( Syekh Ibrahim bin Adham )
“Sedikit amal dari hati menyamai amal seluruh manusia dan jin.”
(Syekh Abu Bakar bin Salim Ra )
“Hendaknya kalian senantiasa menghadirkan hati kalian kepada Allah SWT dan hendaknya kalian bertawakal kepadanya sepenuh hati, sebab Allah SWT mengetahui di manapun kalian berada.”
( Imam Qutbil Anfas Habib Umar bin Abdurrahman Al-Aththas )
"Orang yang menggunakan masa sehatnya untuk bermaksiat kepada Allah swt adalah seperti seorang anak yang mendapat warisan dari ayahnya sebesar seribu dinar, kemudian ia gunakan semua uang itu untuk membeli ular dan kalajengking yang sangat berbisa yang kemudian mengelilingi dan menggigitnya. Bukankah ular dan kalajengking tersebut akan membunuhnya? Kamu gunakan masa sehatmu untuk bermaksiat kepada Allah swt, maka nilaimu adalah seperti burung pemakan bangkai yang terbang berkeliling mencari bangkai, dimana pun ia dapatkan, maka ia segera mendarat. Jadilah seperti tawon, kecil tetapi memiliki cita-cita yang mulia. Ia hisap wewangian dan ia produksi madu yang enak. Engkau sudah terlalu lama bergelimang kemaksiatan, kini terjunlah ke dalam hal-hal yang dicintai Allah 'Azza wa Jalla. Telah kujelaskan hakikat permasahan ini kepadamu, tetapi orang yang lalai tidak akan sadar meskipun memperoleh berbagai rencana. Sebab wanita yang kurang waras akalnya ketika putranya mati, ia justru tertawa. Begitu pula dirimu, engkau tinggalkan shalat malam, puasa sunah dan berbagai amal shaleh lain yang dapat kau kerjakan dengan seluruh anggota tubuhmu, tetapi tidak sedikitpun engkau merasa sakit. Kelalaian telah membunuh hatimu. Orang hidup akan merasa sakit ketika tertusuk jarum, akan tetapi, sesosok mayat tidak akan merasa sakit meskipun tubuhnya di potong-potong dengan sebilah pedang. Saat ini hatimu sedang mati, karena itu duduklah di majelis yang penuh hikmah,sebab, di dalamnya terdapat hembusan karunia dari surga. Hembusan karunia itu dapat kamu temukan di rumahmu, di perjalananmu. Jangan tinggalkan majelis hikmah ( majelis ilmu ), andaikata dirimu masih melakukan banyak maksiat, jangan berkata : Apa manfaatnya aku datang ke majelis ilmu, sedangkan aku senantiasa bermaksiat dan tidak mampu meninggalkannya. Akan tetapi, lepaskan busur panahmu selalu, jika hari ini tidak tepat sasaran, bisa jadi besok tepat sasaran." ( Ibnu 'Atha illah Askandari )
"Jika ingin membersihkan air maka akan kau singkirkan segala hal yang dapat mengotorinya. Anggota tubuhmu ini seperti selokan-selokan yang bermuara ke hati. Karena itu jangan kau alirkan kotoran ke dalam hatimu, seperti pergunjingan, pengadu dombaan, ucapan yang buruk, pandangan yang haram dan lain sebagainya. Hati akan bercahaya dengan memakan makanan halal, berdzikir, membaca Al-Qur'an dan menjaga mata dari pandangan yang tidak mendatangkan pahala, pandangan yang kurang disukai agama dan pandangan yang haram. Jangan biarkan matamu memandang sesuatu, kecuali jika pandangan itu menambah ilmu dan hikmahmu." ( Ibnu 'Atha illah Askandari )
“Jika seorang hamba memedulikan penyakit hati seperti penyakit badan, niscaya mereka akan mendapatkan tabib di hadapan mereka. Tetapi, sedikit sekali yang membahas masalah ini, karena mereka telah dikuasai nafsu dan akal.” ( Imam Qutb Al-Arif billah Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi )
“Hati yang bersih siap menerima karunia-karunia Allah swt. Sedang hati yang kotor tidak dapat menampung karunia Allah swt.”
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )
“Hati manusia seperti Baitul Ma’mur. Setiap hari ada 70.000 malaikat yang thawaf mengelilinginya hingga hari kiamat. Dalam 24 jam hati 70.000 bisikan dan setiap bisikan dipegang oleh seorang malaikat.”
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )
"Ketahuilah bahwa Allah swt akan memberikan kepada hambanya segala apa yang dipanjatkan sesuai dengan niatnya. Menurut saya Allah swt niscaya akan mendatangkan segala nikmat-Nya di muka dunia, dengan cara terlebih dahulu Dia titipkan di dalam hati hamba-Nya yang berhati bersih. Untuk itu kemudian dibagi-bagikan kepada hamba-Nya yang lain. Amal seorang hamba tidak akan naik dan diterima Allah swt kecuali dari hati yang bersih. Ketahuilah wahai saudaraku, seorang hamba belum dikatakan sebagai hamba Allah swt yang sejati jika belum membersihkan hatinya!“ ( Imam Qutb Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf )
"Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, hati yang ada di dalam ini ( sambil menunjuk ke dada beliau ) seperti rumah, jika dihuni oleh orang yang pandai merawatnya dengan baik, maka akan nampak nyaman dan hidup; namun jika tidak dihuni atau dihuni oleh orang yang tidak dapat merawatnya, maka rumah itu akan rusak dan tak terawat. Dzikir dan ketaatan kepada Allah swt merupakan penghuni hati, sedangkan kelalaian dan maksiat adalah perusak hati.“ (Imam Qutb Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf )
Sang tuna netra menggendong si lumpuh, dan memetik buah-buahan tersebut, kemudian mereka memakannya.
Ruh dan jasad bekerja sama untuk berbuat maksiat kepada Allah swt, maka keduanya layak mendapat siksa." (Salman Al-Farisi )
“Orang yang berhati hasud (dengki) tidak akan meraih kemuliaan dan orang yang suka dendam, akan mati merana. Sejelek-jeleknya saudara adalah yang selalu memperhatikan dirimu ketika kamu kaya dan ia menjauhi kamu, ketika kamu dalam keadaan melarat. Bersikap rela terhadap taqdir Allah swt yang tidak menyenangkan adalah merupakan martabat yang tinggi.” (Ali Zainal Abidin Ra )
“Jika telah ada akar yang tertanam dalam kalbu, maka lidah akan berperan sebagai pemberi kabar cabangnya.” ( Imam Syafi’i )
"Doa' kalian tidak terkabul karena hati kalian telah mati, dan penyebab matinya hati kalian adalah sepuluh Hal :
1. Kalian mengenal Allah swt, tetapi tidak memenuhi hak-haknya.
2. Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah saw, tetapi tidak mengikuti sunah-sunahnya.
3. Kalian membaca Al-Qur'an , tetapi tidak mengamalkan isinya.
4. Kalian menikmati berbagai karunia Allah swt, tetapi tidak bersyukur kepadanya.
5. Kalian nyatakan setan sebagai musuh, tetapi tidak menentangnya.
6. Kalian nyatakan surga itu benar-benar ada, tetapi tidak beramal untuk memperolehnya.
7. Kalian nyatakan neraka itu ada, tetapi tidak berusaha untuk menghindarinya.
8. Kalian nyatakan kematian itu pasti datang, tetapi tidak bersiap-siap untuk menyambutnya.
9. Sejak bangun tidur kalian sibuk meneliti dan memperbincangkan aib ( keburukan ) orang lain dan melupakan aib ( keburukan ) kalian sendiri.
10. Kalian kuburkan mereka yang meninggal di antara kalian, tetapi tidak pernah memetik pelajaran darinya. ( Syekh Ibrahim bin Adham )
“Sedikit amal dari hati menyamai amal seluruh manusia dan jin.”
(Syekh Abu Bakar bin Salim Ra )
“Hendaknya kalian senantiasa menghadirkan hati kalian kepada Allah SWT dan hendaknya kalian bertawakal kepadanya sepenuh hati, sebab Allah SWT mengetahui di manapun kalian berada.”
( Imam Qutbil Anfas Habib Umar bin Abdurrahman Al-Aththas )
"Orang yang menggunakan masa sehatnya untuk bermaksiat kepada Allah swt adalah seperti seorang anak yang mendapat warisan dari ayahnya sebesar seribu dinar, kemudian ia gunakan semua uang itu untuk membeli ular dan kalajengking yang sangat berbisa yang kemudian mengelilingi dan menggigitnya. Bukankah ular dan kalajengking tersebut akan membunuhnya? Kamu gunakan masa sehatmu untuk bermaksiat kepada Allah swt, maka nilaimu adalah seperti burung pemakan bangkai yang terbang berkeliling mencari bangkai, dimana pun ia dapatkan, maka ia segera mendarat. Jadilah seperti tawon, kecil tetapi memiliki cita-cita yang mulia. Ia hisap wewangian dan ia produksi madu yang enak. Engkau sudah terlalu lama bergelimang kemaksiatan, kini terjunlah ke dalam hal-hal yang dicintai Allah 'Azza wa Jalla. Telah kujelaskan hakikat permasahan ini kepadamu, tetapi orang yang lalai tidak akan sadar meskipun memperoleh berbagai rencana. Sebab wanita yang kurang waras akalnya ketika putranya mati, ia justru tertawa. Begitu pula dirimu, engkau tinggalkan shalat malam, puasa sunah dan berbagai amal shaleh lain yang dapat kau kerjakan dengan seluruh anggota tubuhmu, tetapi tidak sedikitpun engkau merasa sakit. Kelalaian telah membunuh hatimu. Orang hidup akan merasa sakit ketika tertusuk jarum, akan tetapi, sesosok mayat tidak akan merasa sakit meskipun tubuhnya di potong-potong dengan sebilah pedang. Saat ini hatimu sedang mati, karena itu duduklah di majelis yang penuh hikmah,sebab, di dalamnya terdapat hembusan karunia dari surga. Hembusan karunia itu dapat kamu temukan di rumahmu, di perjalananmu. Jangan tinggalkan majelis hikmah ( majelis ilmu ), andaikata dirimu masih melakukan banyak maksiat, jangan berkata : Apa manfaatnya aku datang ke majelis ilmu, sedangkan aku senantiasa bermaksiat dan tidak mampu meninggalkannya. Akan tetapi, lepaskan busur panahmu selalu, jika hari ini tidak tepat sasaran, bisa jadi besok tepat sasaran." ( Ibnu 'Atha illah Askandari )
"Jika ingin membersihkan air maka akan kau singkirkan segala hal yang dapat mengotorinya. Anggota tubuhmu ini seperti selokan-selokan yang bermuara ke hati. Karena itu jangan kau alirkan kotoran ke dalam hatimu, seperti pergunjingan, pengadu dombaan, ucapan yang buruk, pandangan yang haram dan lain sebagainya. Hati akan bercahaya dengan memakan makanan halal, berdzikir, membaca Al-Qur'an dan menjaga mata dari pandangan yang tidak mendatangkan pahala, pandangan yang kurang disukai agama dan pandangan yang haram. Jangan biarkan matamu memandang sesuatu, kecuali jika pandangan itu menambah ilmu dan hikmahmu." ( Ibnu 'Atha illah Askandari )
“Jika seorang hamba memedulikan penyakit hati seperti penyakit badan, niscaya mereka akan mendapatkan tabib di hadapan mereka. Tetapi, sedikit sekali yang membahas masalah ini, karena mereka telah dikuasai nafsu dan akal.” ( Imam Qutb Al-Arif billah Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi )
“Hati yang bersih siap menerima karunia-karunia Allah swt. Sedang hati yang kotor tidak dapat menampung karunia Allah swt.”
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )
“Hati manusia seperti Baitul Ma’mur. Setiap hari ada 70.000 malaikat yang thawaf mengelilinginya hingga hari kiamat. Dalam 24 jam hati 70.000 bisikan dan setiap bisikan dipegang oleh seorang malaikat.”
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )
"Ketahuilah bahwa Allah swt akan memberikan kepada hambanya segala apa yang dipanjatkan sesuai dengan niatnya. Menurut saya Allah swt niscaya akan mendatangkan segala nikmat-Nya di muka dunia, dengan cara terlebih dahulu Dia titipkan di dalam hati hamba-Nya yang berhati bersih. Untuk itu kemudian dibagi-bagikan kepada hamba-Nya yang lain. Amal seorang hamba tidak akan naik dan diterima Allah swt kecuali dari hati yang bersih. Ketahuilah wahai saudaraku, seorang hamba belum dikatakan sebagai hamba Allah swt yang sejati jika belum membersihkan hatinya!“ ( Imam Qutb Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf )
"Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, hati yang ada di dalam ini ( sambil menunjuk ke dada beliau ) seperti rumah, jika dihuni oleh orang yang pandai merawatnya dengan baik, maka akan nampak nyaman dan hidup; namun jika tidak dihuni atau dihuni oleh orang yang tidak dapat merawatnya, maka rumah itu akan rusak dan tak terawat. Dzikir dan ketaatan kepada Allah swt merupakan penghuni hati, sedangkan kelalaian dan maksiat adalah perusak hati.“ (Imam Qutb Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf )
5 KIAT MENGATASI PERSOALAN HIDUP
Suatu hal yang pasti tidak akan luput dari keseharian kita adalah yang disebut masalah atau persoalan hidup, dimanapun, kapanpun, apapun dan dengan siapapun, semuanya adalah potensi masalah. Namun andaikata kita cermati dengan seksama ternyata dengan persoalan yang persis sama, sikap orangpun berbeda-beda, ada yang begitu panik, goyah, kalut, stress tapi ada pula yang menghadapinya dengan begitu mantap, tenang atau bahkan malah menikmatinya.
Berarti masalah atau persoalan yang sesungguhnya bukan terletak pada persoalannya melainkan pada sikap terhadap persoalan tersebut. Oleh karena itu siapapun yang ingin menikmati hidup ini dengan baik, benar, indah dan bahagia adalah mutlak harus terus-menerus meningkatkan ilmu dan keterampilan dirinya dalam menghadapi aneka persoalan yang pasti akan terus meningkat kuantitas dan kualitasnya seiring dengan pertambahan umur, tuntutan, harapan, kebutuhan, cita-cita dan tanggung jawab.
1. Siap
Siap apa? Siap menghadapi yang cocok dengan yang diinginkan dan siap menghadapi yang tidak cocok dengan keinginan. Kita memang diharuskan memiliki keinginan, cita-cita, rencana yang benar dan wajar dalam hidup ini, bahkan kita sangat dianjurkan untuk gigih berikhtiar mencapai apapun yang terbaik bagi dunia akhirat, semaksimal kemampuan yang Alloh SWT berikan kepada kita.
Namun bersamaan dengan itu kitapun harus sadar-sesadarnya bahwa kita hanyalah makhluk yang memiliki sangat banyak keterbatasan untuk mengetahui segala hal yang tidak terjangkau oleh daya nalar dan kemampuan kita.
Dan pula dalam hidup ini ternyata sering sekali atau bahkan lebih sering terjadi sesuatu yang tidak terjangkau oleh kita, yang di luar dugaan dan di luar kemampuan kita untuk mencegahnya, andaikata kita selalu terbenam tindakan yang salah dalam mensikapinya maka betapa terbayangkan hari-hari akan berlalu penuh kekecewaaan, penyesalan, keluh kesah, kedongkolan, hati yang galau, sungguh rugi padahal hidup ini hanya satu kali dan kejadian yang tak didugapun pasti akan terjadi lagi.
Ketahuilah kita punya rencana, Alloh SWT pun punya rencana, dan yang pasti terjadi adalah apa yang menjadi rencana Alloh SWT.
Yang lebih lucu serta menarik, yaitu kita sering marah dan kecewa dengan suatu kejadian namun setelah waktu berlalu ternyata "kejadian" tersebut begitu menguntungkan dan membawa hikmah yang sangat besar dan sangat bermanfaat, jauh lebih baik dari apa yang diharapkan sebelumnya.
Oleh karena itu "fa idzaa azamta fa tawaqqal alalloh" bulatkan tekad, sempurnakan ikhtiar namun hati harus tetap menyerahkan segala keputusan dan kejadian terbaik kepada Alloh SWT. Dan siapkan mental kita untuk menerima apapun yang terbaik menurut ilmu Alloh SWT.
Alloh SWT, berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 216, "Boleh jadi engkau tidak menyukai sesuatu padahal bagi Alloh SWT lebih baik bagimu, dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu padahal buruk dalam pandangan Alloh SWT."
Maka jika dilamar seseorang, bersiaplah untuk menikah dan bersiap pula kalau tidak jadi nikah, karena yang melamar kita belumlah tentu jodoh terbaik seperti yang diminta oleh dirinya maupun orang tuanya.
Kalau mau mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri, berjuanglah sungguh-sungguh untuk diterima di tempat yang dicita-citakan, namun siapkan pula diri ini seandainya Allah Yang Maha Tahu bakat, karakter dan kemampuan kita sebenarnya akan menempatkan di tempat yang lebih cocok, walaupun tidak sesuai dengan rencana sebelumnya.
Melamar kerja, lamarlah dengan penuh kesungguhan, namun hati harus siap andaikata Alloh SWT, tidak mengijinkan karena Alloh SWT, tahu tempat jalan rizki yang lebih berkah.
Berbisnis ria, jadilah seorang profesional yang handal, namun ingat bahwa keuntungan yang besar yang kita rindukan belumlah tentu membawa maslahat bagi dunia akhirat kita, maka bersiaplah menerima untung terbaik menurut perhitungan Alloh SWT. Demikianlah dalam segala urusan apapun yang kita hadapi.
2.Ridho
Siap menghadapi apa pun yang akan terjadi, dan bila terjadi, satu-satunya langkah awal yang harus dilakukan adalah mengolah hati kita agar ridha/rela akan kenyataan yang ada. Mengapa demikian? Karena walaupun dongkol, uring-uringan dan kecewa berat, tetap saja kenyataan itu sudah terjadi. Pendek kata, ridha atau tidak, kejadian itu tetap sudah terjadi. Maka, lebih baik hati kita ridha saja menerimanya.
Kalau kita sedang jalan-jalan, tiba-tiba ada batu kecil nyasar entah dari mana dan mendarat tepat di kening kita, hati kita harus ridha, karena tidak ridha pun tetap benjol. Tentu saja, ridha atau rela terhadap suatu kejadian bukan berarti pasrah total sehingga tidak bertindak apa pun. Itu adalah pengertian yang keliru. Pasrah/ridho hanya amalan, hati kita menerima kenyataan yang ada, tetapi pikiran dan tubuh wajib ikhtiar untuk memperbaiki kenyataan dengan cara yang diridhai Alloh SWT. Kondisi hati yang tenang atau ridha ini sangat membantu proses ikhtiar menjadi positif, optimal, dan bermutu.
Orang yang stress adalah orang yang tidak memiliki kesiapan mental untuk menerima kenyataan yang ada. Selalu saja pikirannya tidak realistis, tidak sesuai dengan kenyataan, sibuk menyesali dan mengandai - andai sesuatu yang sudah tidak ada atau tidak mungkin terjadi. Sungguh suatu kesengsaraan yang dibuat sendiri.
Misalkan tanah warisan telah dijual tahun yang lalu dan saat ini ternyata harga tanah tersebut melonjak berlipat ganda. Orang-orang yang malang selalu saja menyesali mengapa dahulu tergesa-gesa menjual tanah. Kalau saja mau ditangguhkan, niscaya akan lebih beruntung. Biasanya, hal ini dilanjutkan dengan bertengkar saling menyalahkan sehingga semakin lengkap saja penderitaan dan kerugian karena memikirkan tanah yang nyata-nyata telah menjadi milik orang lain.
Yang berbadan pendek, sibuk menyesali diri mengapa tidak jangkung. Setiap melihat tubuhnya ia kecewa, apalagi melihat yang lebih tinggi dari dirinya. Sayangnya, penyesalan ini tidak menambah satu senti pun jua. Yang memiliki orang tua kurang mampu atau telah bercerai, atau sudah meninggal sibuk menyalahkan dan menyesali keadaan, bahkan terkadang menjadi tidak mengenal sopan santun kepada keduanya, mempersatukan, atau menghidupkannya kembali. Sungguh banyak sekali kita temukan kesalahan berpikir, yang tidak menambah apa pun selain menyengsarakan diri.
Ketahuilah, hidup ini terdiri dari berbagai episode yang tidak monoton. Ini adalah kenyataan hidup, kenanglah perjalanan hidup kita yang telah lalu dan kita harus benar-benar arif menyikapi setiap episode dengan lapang dada, kepala dingin, dan hati yang ikhlas. Jangan selimuti diri dengan keluh kesah karena semua itu tidak menyelesaikan masalah, bahkan bisa jadi memperparah masalah.
Dengan demikian, hati harus ridha menerima apa pun kenyataan yang terjadi sambil ikhtiar memperbaiki kenyataan pada jalan yang diridhai Alloh SWT.
3. Jangan Mempersulit Diri
Kalau kita mau jujur, sesungguhnya kita ini paling hobi mengarang, mendramatisasi, dan mempersulit diri. Sebagian besar penderitaan kita adalah hasil dramatisasi perasaan dan pikiran sendiri. Selain tidak pada tempatnya, pasti ia juga membuat masalah akan menjadi lebih besar, lebih seram, lebih dahsyat, lebih pahit, lebih gawat, lebih pilu daripada kenyataan yang aslinya. Tentu pada akhirnya kita akan merasa jauh lebih nelangsa, lebih repot di dalam menghadapinya/mengatasinya.
Orang yang menghadapi masa pensiun, terkadang jauh sebelumnya sudah merasa sengsara. Terbayang di benaknya saat gaji yang kecil, yang pasti tidak akan mencukupi kebutuhannya. Padahal, saat masih bekerja pun gajinya sudah pas-pasan. Ditambah lagi kebutuhan anak-anak yang kian membengkak, anggaran rumah tangga plus listrik, air, cicilan rumah yang belum lunas dan utang yang belum terbayar. Belum lagi sakit, tak ada anggaran untuk pengobatan, sementara umur makin menua, fisik kian melemah, semakin panjang derita kita buat, semakin panik menghadapi pensiun. Tentu saja sangat boleh kita memperkirakan kenyataan yang akan terjadi, namun seharusnya terkendali dengan baik. Jangan sampai perkiraan itu membuat kita putus asa dan sengsara sebelum waktunya.Begitu banyak orang yang sudah pensiun ternyata tidak segawat yang diperkirakan atau bahkan jauh lebih tercukupi dan berbahagia daripada sebelumnya. Apakah Alloh SWT. yang Mahakaya akan menjadi kikir terhadap para pensiunan, atau terhadap kakek-kakek dan nenek-nenek? Padahal, pensiun hanyalah salah satu episode hidup yang harus dijalani, yang tidak mempengaruhi janji dan kasih sayang Alloh.
Maka, di dalam menghadapi persoalan apa pun jangan hanyut tenggelam dalam pikiran yang salah. Kita harus tenang, menguasai diri seraya merenungkan janji dan jaminan pertolongan Alloh SWT. Bukankah kita sudah sering melalui masa-masa yang sangat sulit dan ternyata pada akhirnya bisa lolos?
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan, dan sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan" (QS Al-Insyirah [94]:5-6). Sampai dua kali Alloh SWT menegaskan janji-Nya. Tidak mungkin dalam hidup ini terus menerus mendapatkan kesulitan karena dunia bukanlah neraka. Demikian juga tidak mungkin dalam hidup ini terus menerus memperoleh kelapangan dan kemudahan karena dunia bukanlah surga. Segalanya pasti akan ada akhirnya dan dipergilirkan dengan keadilan Alloh SWT.
4. Evaluasi Diri
Ketahuilah, hidup ini bagaikan gaung di pegunungan: apa yang kita bunyikan, suara itu pulalah yang akan kembali kepada kita. Artinya, segala yang terjadi pada kita adalah buah dari apa yang kita lakukan. "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula" (QS Al-Zalzalah [99]: 7-8)
Alloh SWT Maha Peka terhadap apapun yang kita lakukan. Dengan keadilan-Nya tidak akan ada yang meleset, siapa pun yang berbuat, sekecil dan setersembunyi apapun kebaikan, niscaya Alloh SWT, akan membalas berlipat ganda dengan aneka bentuk yang terbaik menurut-Nya. Sebaliknya, kezaliman sehalus apapun yang kita lakukan yang tampaknya seperti menzalimi orang lain, padahal sesungguhnya menzalimi diri sendiri, akan mengundang bencana balasan dari Alloh SWT, yang pasti lebih getir dan gawat. Naudzubillah.
Seandainya ada batu yang menghantam kening kita, selain hati harus ridho, kita harus merenung, mengapa Alloh menimpakan batu ini tepat ke kening kita, padahal lapangan begitu luas dan kepala ini begitu kecil? Bisa jadi semua ini adalah peringatan bahwa kita sangat sering lalai bersujud, atau sujud kita lalai dari mengingat-Nya. Alloh tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia, pasti segalanya ada hikmahnya.
Dompet hilang? Mengapa dari satu bus, hanya kita yang ditakdirkan hilang dompet? Jangan sibuk menyalahkan pencopet karena memang sudah jelas ia salah dan memang begitu pekerjaannya. Renungkankah: boleh jadi kita ini termasuk si kikir, si pelit, dan Alloh Maha Tahu jumlah zakat dan sedekah yang dikeluarkan. Tidak ada kesulitan bagi-Nya untuk mengambil apapun yang dititipkan kepada hamba-hamba-Nya.
Anak nakal, suami kurang betah di rumah dan kurang mesra, rezeki seret dan sulit, bibir sariawan terus menerus, atau apa saja kejadian yang menimpa dan dalam bentuk apapun adalah sarana yang paling tepat untuk mengevaluasi segala yang terjadi. Pasti ada hikmah tersendiri yang sangat bermanfaat, andaikata kita mau bersungguh-sungguh merenunginya dengan benar.
Jangan terjebak pada sikap yang hanya menyalahkan orang lain karena tindakan emosional seperti ini hanya sedikit sekali memberi nilai tambah bagi kepribadian kita. Bahkan, apabila tidak tepat dan berlebihan, akan menimbulkan kebencian dan masalah baru.
Ketahuilah dengan sungguh-sungguh, dengan mengubah diri, berarti pula kita mengubah orang lain.Orang lain tidak hanya punya telinga, tetapi mereka pun memiliki mata, perasaan, pikiran yang dapat menilai siapa diri kita yang sebenarnya.
Jadikanlah setiap masalah sebagai sarana efektif untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri karena hal itulah yang menjadi keuntungan bagi diri dan dapat mengundang pertolongan Alloh SWT.
5. Hanya Alloh-lah Satu-satunya Penolong
Sesungguhnya tidak akan terjadi sesuatu kecuali dengan izin Alloh SWT. Baik berupa musibah maupun nikmat. Walaupun bergabung jin dan manusia seluruhnya untuk mencelakakan kita, demi Allah tidak akan jatuh satu helai rambut pun tanpa izin-Nya. Begitu pun sebaliknya, walaupun bergabung jin dan manusia menjanjikan akan menolong atau memberi sesuatu, tidak pernah akan datang satu sen pun tanpa izin-Nya.
Mati-matian kita ikhtiar dan meminta bantuan siapapun, tanpa izin-Nya tak akan pernah terjadi yang kita harapkan. Maka, sebodoh-bodoh kita adalah orang yang paling berharap dan takut kepada selain Alloh SWT. Itulah biang kesengsaraan dan biang menjauhnya pertolongan Alloh SWT.
Ketahuilah, makhluk itu "La haula wala quwata illa billahil' aliyyil ' azhim" tiada daya dan tiada upaya kecuali pertolongan Allah Yang MahaAgung. Asal kita hanyalah dari setetes sperma, ujungnya jadi bangkai, ke mana-mana membawa kotoran.
Allah menjanjikan dalam Surah Al-Thalaq ayat 2 dan 3, "Barang siapa yang bersungguh-sungguh mendekati Alloh (bertaqwa), niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar bagi setiap urusannya, dan akan diberi rezeki dari tempat yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakal hanya kepada Alloh niscaya akan dicukupi segala kebutuhannya."
Jika kita menyadari dan meyakininya, kita memiliki bekal yang sangat kukuh untuk mengarungi hidup ini, tidak pernah gentar menghadapi persoalan apapun karena sesungguhnya yang paling mengetahui struktur masalah kita yang sebenarnya berikut segala jalan keluar terbaik hanyalah Alloh SWT. Dia sendiri berjanji akan memberi jalan keluar dari segala masalah, sepelik dan seberat apapun karena bagi Dia tidak ada yang rumit dan pelik, semuanya serba mudah dalam genggaman kekuasaan-Nya.
Pendek kata, jangan takut menghadapi masalah, tetapi takutlah tidak mendapat pertolongan Alloh dalam menghadapinya. Tanpa pertolongan-Nya, kita akan terus berkelana dalam kesusahan, dari satu persoalan ke persoalan lain, tanpa nilai tambah bagi dunia dan akhirat kita InsyaAlloh, masalah yang ada akan menjadi jalan pendidikan dan Alloh yang akan semakin mematangkan diri, mendewasakan, menambah ilmu, meluaskan pengalaman, melipatgandakan ganjaran, dan menjadikan hidup ini jauh lebih bermutu, mulia, dan terhormat di dunia akhirat. Amien. Mohon maaf bila tidak berkenan.
4 Hal Penghalang Ibadah
Menurut Imam Al-Ghazali di Dalam Kitab Minhajjul Abiddin
Ibadah merupakan kewajiban setiap umat Muslim. Selain Sholat, Zakat, Amal, Puasa, Haji dan banyak ibadah lainnya yang difirmankan di dalam Al-Quran dan Al-Hadits, setiap kegiatan yang kita lakukan sebenarnya dapat dicatat sebagai ibadah asalkan dimulai dengan niat yang baik, dilakukan dengan cara yang halal dan diakhiri dengan syukur. Dengan melakukan semua itu Insya Allah setiap kegiatan kita akan dicatat sebagai ibadah. Salah satu karya Imam Al-Ghazali yang paling terkenal ialah Kitab Minhajjul Abiddin. Suatu kitab yang membahas tentang tata cara beribadah dengan benar dan sempurna dalam Islam. Di dalam salah satu bab di kitab tersebut Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa ada 4 Hal Penghalang dalam kita melakukan ibadah. Penghalang-penghalang itu ialah :
1. Karena Dunia Dunia beserta isinya bisa diibaratkan sebagai seorang wanita yang tua yang memakai perhiasan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, sehingga siapapun yang melihatnya pasti akan silau dengan perhiasan yang dipakainya. Sama halnya dengan dunia, dunia adalah mahluk Allah SWT. yang berusia sangat tua namun dipenuhi dengan hiasan-hiasan semu seperti harta, tahta, kekuasaan, kesenangan dunia dan lain sebagainya. Jadikan dunia dan seisinya sebagai alat bantu kita untuk dapat mendekatkan diri dengan Allah SWT. dan jangan sampai kecintaan pada dunia yang berlebihan menjadikan penghalang kita untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.
2. Karena Mahluk Mahluk disini adalah dikhususkan pada manusia, dimana manusia juga dapat menghalang-halangi ibadah kita terhadap Allah SWT. Mungkin dapat dicontohkan dengan seorang teman yang tanpa kita sadari mengajak kita pada perbuatan maksiat kepada Allah SWT. Maka dari itu sebaiknya kita dapat memilih teman yang memang benar-benar baik dalam arti kata dapat mengajak kita pada perbuatan baik yang di ridhai oleh Allah SWT.
3. Karena Setan Setan adalah mahluk Alllah SWT mulai dari penciptaannya yang sudah akan selalu menjadi penghalang kita untuk beribadah kepada Allah SWT. Seperti diketahui, setan akan selalu berusaha denga segala cara dari berbagai arah mata angin akan selalu berusaha mengganggu kita dalam menjalankan ibadah kepada Allah, melupakan akan Allah dan pada akhirnya akan membuat kita menjadi "partner" para setan nantinya di neraka. Naudzubillah Hii Min Dzaliik...
4. Karena Hawa Nafsu Hawa nafsu sebenarnya merupakan salah satu tanda-tanda kesempurnaan manusia dari Allah SWT. karena hanya manusia yang diberi hawa nafsu oleh Allah SWT. dan akan dapat berubah menjadi baik apabila kita dapat mengarahkannya dengan benar. Namun karena hawa nafsu itu ada di setiap diri kita dan tidak dapat dipisahkan dari kita, maka sebenarnya hawa nafsu ini merupakan godaan terbesar kita dalam melakukan ibadah kepada Allah SWT. Sebenarnya ada beberapa tingkatan nafsu...
a. Nafsu Ammara' ialah nafsu yang selalu mengajak untuk berbuat maksiat kepada Allah SWT.
b. Nafsu Lawwamalah ialah nafsu yang sudah mulai untuk dapat dikendalikan
c. Nafsu Mulhamah ialah nafsu yang mengilhami diri kita sendiri untuk mau menyalahkan diri sendiri karena kita melakukan sesuatu yang salah
d. Nafsu Muthmainnah ialah nafsu yang selalu ada di bawah pengendalian kita dan ahlaq Allah, sehingga kita dapat memiliki ahlaq terbaik.
Mengatasi Kekecewaan di Jalan Da'wah
Tarbiyah juga berarti cara agar kita masih bisa tersenyum dalam kedukaan dan tetap tenang dalam perihnya luka perjalanan.
Mengatasi kekecewaan adalah hal penting di jalan ini.
Pendahuluan
Jika ada tugas untuk mengumpulkan kekecewaan kita pada perjalanan dakwah ini, rasanya hanya akan dibutuhkan sedikit waktu untuk menyelesaikan tugas itu. Karena kekecewaaan adalah hal inhern dalam kemanusiaan kita. Sangat mudah untuk membangkitkannya, kekecewaan hanya berada tipis dibawah kesadaran kita. Maka, kekecewaan hanyalah soal pilihan untuk ditampilkan atau tidak ditampilkan. Kekecewaan bukanlah soal punya atau tidaknya seorang da’I kepada barisan dakwah.
Kekecewaan adalah perasaan kecewa. Makna kecewa secara bahasa adalah ;
1. Kecil hati, tidak puas (karena tidak terkabul keinginannya, harapannya, dan sebagainya), atau tidak senang.
2. Cacat atau cela. Misalnya dalam kata ; ‘Acara itu tak ada kecewanya’.
3. Gagal (tidak berhasil) dalam usahanya dan sebagainya.
Maka kekecewaan dalam dakwah adalah perasaan kecil hati, perasaan tidak puas, atau perasaan tidak senang kepada dakwah. Kekecewaan ini –karena sebab apapun- memiliki benang merah ; tidak terkabulnya keinginan, harapan, dan hal lainnya.
Sebab-Sebab Kekecewaan
Seperti kata peribahasa ; ‘Tidak ada asap kalau tidak ada api’, kekecewaan hanya akan muncul jika ada keinginan yang tidak terpenuhi, tak terpuaskan atau adanya situasi yang tidak sepenuhnya sama dengan benak seseorang. Kekecewaan di jalan dakwah dapat disebabkan oleh faktorberikut ini :
Pertama, kekecewaan seorang aktivis karena jengah melihat jurang yang dalam antara idealismenya dan realitas yang ada di hadapannya.
Kedua, kekecewaan aktivis karena tidak puas dengan kebijakan-kebijakan qiyadah (pemimpin), keputusan syuro
Ketiga, kekecewaan aktivis yang disebabkan karena buruknya menejemen dakwah. Kelelahan, perasaan tak berdaya dan perasaan tertipu kadang berubah menjadi rasa kecewa dan kebencian. Padahal ini ‘hanya’ berawal dari buruknya manajemen dakwah padanya.
Keempat, kekecewaan akitivis yang lebih dilandasi hawa nafsu dan tipu daya syetan. Untuk mudahnya mengidentifikasinya, biasanya, kekecewaan semacam ini berhubungan dengan tidak tercapainya ambisi pribadi seorang aktivis.
Tapi konsep di atas hanyalah sekadar cara deduktif untuk melihat berbagai kekecewaan yang pernah ada. Tetapi memang tak perlu dianalisis dengan terlalu serius. Karena kadang kekecewaan yang terungkap tidak selalu sama dengan kekecewaan yang ada dalam hati. Kekecewaan yang disebut pertama belum tentu sebab kekecewaan yang utama. Alasan sampingan belum tentu tidak penting dan sebaliknya. Dalam banyak kasus, penyebab kekecewaan dakwah bahkan tak bisa didefinisikan karena berkelindan dan saling bertali temali dalam jiwa seorang aktivis. Wa na’udzubillahi.
Respon ; tempat kita membedakan kekecewaan
Siapa aktivis yang tak pernah kecewa? Tidak ada. Seorang aktivis dakwah bisa kecewa pada teman seiring, kecewa pada murabbinya, kecewa pada mutarabbinya, kecewa pada dakwah secara keseluruhan dan bisa juga kecewa pada tidak satupun pihak. Kecewa kadang tak memerlukan obyek. Cara duduk atau momen sebuah senyum dari kawan seiring saja bisa menjadi alasan kekecewaan yang mematikan kehidupan dakwah seseorang.
Maka tak akan ada aktivis dakwah yang tak pernah kecewa. karena sesungguhnya kecewa itu manusiawi. Hanya saja, respon kekecewaan pada setiap aktivis dakwah itu berbeda secara spesifik. Ada aktivis dakwah yang mampu mengatasi dan meresponnya secara konstruktif. Tetapi tak semuanya. Ada juga aktivis yang tidak mampu mengatasinya dan bahkan meresponnya secara destruktif.
Kepahaman terhadap tabiat dakwah
Kefahaman terhadap tabiat Islam dan tabiat jalan dakwah adalah hal yang sangat membantu kita dalam mengelola kekecewaan. Di jalan dakwah, bercerai berai adalah hal yang terlarang, sebagaimana firman-Nya ;
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran: 103)
Kepahaman terhadap tabiat jalan dakwah adalah hal yang sangat membantu kita dalam mengelola kekecewaan. Memahami bahwa amal jama’i bukan jalan datar, ada kalanya mendaki dan menurun, adalah hal penting untuk dilakukan.
Pemahaman ini akan melahirkan kemampuan bernafas dalam jangka panjang. Amal jama’I bukan jalan yang membebaskan kita dari interaksi dengan beragam sifat manusia, berbagai pemikiran, berbagai fitnah, dan beragam hal lainnya.
Optimis, Ceria dan Rileks
Sebenarnya ada banyak akhlaq yang harus ada dalam diri seorang da’i atau aktivis dakwah, seperti ; ikhlas, pintar, rendah hati, bertanggungjawab, Percaya Diri, dan Kebesaran Jiwa. Tetapi tulisan ini tak ingin mengulas hal hal yang disebut itu. Sudah ada banyak ulasan soal itu. Tulisan sederhana ini akan menyoroti beberapa sikap lain yang harus mengisi daftar belanja kita. Sikap itu adalah ; Optimis, Ceria dan Rileks.
Dibutuhkan sikap rilek dan ceria dalam dakwah. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Mereka yang ceria dan rilek punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.
Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan harus diekspresikan dan diajarkan. Setidaknya ditularkan. Harus ada kesengajaan untuk menguatkan keceriaan dan memperbanyak pribadi ceria dalam kehidupan dakwah ini.
Mereka,.,.,.
Mereka yang rileks berpeluang besar memiliki ruang maaf yang luas. Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.
Mereka yang ceria dan rileks tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Mereka yang ceria dan rileks tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Mereka yang ceria dan rileks tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.
Mereka ini jarang merasa terkejut oleh problem. Mereka yang optimis, ceria dan rileks adalah mereka yang mencari pemecahan masalah. Mereka yang optimis, ceria dan rileks memiliki cukup keyakinan terhadap sebagian peran meraka di masa depannya. Mereka yang optimis, ceria dan rileks yang merasa memiliki kemungkinan untuk melakukan perubahan secara teratur dan bertahap. Mereka yang optimis, ceria dan rileks memiliki kemampuan untuk menghentikan alur berpikir yang negatif. Mereka yang optimis, ceria dan rileks melatih daya imajinasi untuk meraih keberhasilan. Bahkan mereka yang optimis, ceria dan rileks selalu merasa gembira bahkan ketika mereka tidak berbahagia. Itu karena mereka banyak membina rasa cinta dalam banyak sisi kehidupan mereka, mereka suka bertukar berita baik, dan mereka menerima dengan baik apa saja yang tidak bisa diubah.
Optimis, ceria dan rilek akan menghasilkan rasa percaya diri. Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Orang semacam ini tahu apa yang harus dilakukannya dan dan tahu bagaimana melakukannya dengan baik.
Orang orang semacam ini akan bertanggung jawab dan akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Dan ketika mengalami kegagalan, orang semacam ini tidak akan mencari kambing hitam.
Dan bahkan kalau orang semacam ini merasa kecewa dan sakit hati, mereka tidak akan menyalahkan siapapun. mereka menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.
Penutup
Membangun masyarakat dengan struktur yang kokoh membutuhkan komitmen yang kuat dari para pekerjanya. Para pekerja proyek dakwah bukanlah orang yang mudah berkhianat. Mungkin pilihan kata berkhianat terlalu kasar, tetapi dakwah memang bukan selalu sama dengan bisnis. Komitmen dakwah bukan soal mana yang lebih ekonomis, mana yang lebih bisa mendengar keluh kesah dan kemauan, dan juga bukan soal mana yang lebih membuat diri ini eksis.
Dakwah ini membutuhkan kesetiaan dan sikap tak mudah beranjak dari barisan.
Tapi itu semua harus dilakukan dengan penuh kefahaman, optimis, dilakukan dalam keceriaan dan dilakukan secara rileks. Itu semua agar umur dakwah kita panjang dan agar kita memiliki bekal dihadapanNya.
Sumber : Eko Novianto [Penulis Buku Sudahkah Kita Tarbiyah]
MENEBAR SALAM
Rasulullah saw bersabda, ''Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian sama sekali tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Sama sekali tidak dikatakan beriman, sebelum kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian lakukan, pasti kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.'' (HR Muslim).
Secara bahasa salam artinya keselamatan, kedamaian, ketenteraman, dan keamanan. Sedangkan salam yang dimaksud dalam hadis di atas adalah kalimat assalamualaikum.
Rasulullah bersabda, ''Setelah Allah menciptakan Adam, Allah berfirman, 'Pergilah dan ucapkan salam kepada mereka para malaikat yang sedang duduk. Kemudian, dengar, seperti apa salam mereka kepadamu. Sungguh itulah salam kamu dan juga keturunanmu.' Adam berkata, 'Assalamualaikum'. Para malaikat berkata, 'Assalamualaika warahmatullah'.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Islam adalah agama yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah saja, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan mengatur perlakuan manusia pada dirinya sendiri. Islam memerintahkan agar kita senantiasa menebarkan salam, kapan pun dan dimana pun, ketika bertamu ke rumah orang lain (QS An-Nur: 27), berkendaraan, berjalan, memulai pertemuan (HR Bukhari-Muslim), dan bahkan setiap kali bertemu dengan sesamanya (HR Abu Dawud). Menebarkan salam itu tidak cukup hanya dengan mengucapkan Assalamu'alaikum.
Namun, lebih dari itu adalah bagaimana keselamatan, kedamaian, ketenteraman, dan keamanan itu dapat diwujudkan. Di negara yang mayoritas penduduknya muslim ini, para pemimpinnya mulai dari yang teratas hingga yang terbawah selalu mengucapkan salam. Namun, mereka sepertinya tidak mau berusaha mewujudkan makna salam yang mereka ucapkan itu sehingga keselamatan, kedamaian, ketentraman, dan keamanan menjadi barang langka. Padahal Allah SAW sangat membenci orang yang hanya pandai berucap, tetapi tidak mau mewujudkannya (QS Ash-Shaf: 3).
Untuk mewujudkan makna salam itu setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan. Pertama, beriman bahwa hanya hukum Allah yang mampu memberikan keselamatan, kedamaian, ketenteraman, dan keamanan. Kedua, usaha menerapkan aturan Allah itu secara menyeluruh melalui penerapan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan generasi-generasi terbaik sesudah beliau.
Namun, lebih dari itu adalah bagaimana keselamatan, kedamaian, ketenteraman, dan keamanan itu dapat diwujudkan. Di negara yang mayoritas penduduknya muslim ini, para pemimpinnya mulai dari yang teratas hingga yang terbawah selalu mengucapkan salam. Namun, mereka sepertinya tidak mau berusaha mewujudkan makna salam yang mereka ucapkan itu sehingga keselamatan, kedamaian, ketentraman, dan keamanan menjadi barang langka. Padahal Allah SAW sangat membenci orang yang hanya pandai berucap, tetapi tidak mau mewujudkannya (QS Ash-Shaf: 3).
Untuk mewujudkan makna salam itu setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan. Pertama, beriman bahwa hanya hukum Allah yang mampu memberikan keselamatan, kedamaian, ketenteraman, dan keamanan. Kedua, usaha menerapkan aturan Allah itu secara menyeluruh melalui penerapan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan generasi-generasi terbaik sesudah beliau.
Jika dua hal itu dilakukan, maka Allah SWT berjanji memberikan kendali kekuasaan di bumi ini kepada orang-orang yang memiliki keimanan tinggi, meneguhkan Islam sebagai satu-satunya agama yang diridai-Nya, dan mengubah keadaan yang penuh ketakutan ini menjadi keadaan aman sentosa (QS An-Nur: 55). Wallahu a'lam bi showab.
KEUTAMAAN AKHLAK
Secara bahasa, akhlak terambil dari akar kata bahasa Arab khuluk yang berarti tabiat, muruah, kebiasaan, fitrah, naluri, dan lain-lain.
Secara syar'i, seperti dikatakan Al Ghazali, akhlak berarti sesuatu yang menggambarkan tentang perilaku seseorang yang terdapat dalam jiwa yang baik, yang darinya keluar perbuatan secara mudah dan otomatis tanpa terpikir sebelumnya.
Jika sumber perilaku itu didasari oleh perbuatan yang baik dan mulia, yang dapat dibenarkan oleh akal dan syariat, maka ia dinamakan akhlak yang mulia. Namun, jika sebaliknya, maka akan dinamakan akhlak yang tercela. Abu Hurairah ra mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk surga.
Jika sumber perilaku itu didasari oleh perbuatan yang baik dan mulia, yang dapat dibenarkan oleh akal dan syariat, maka ia dinamakan akhlak yang mulia. Namun, jika sebaliknya, maka akan dinamakan akhlak yang tercela. Abu Hurairah ra mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk surga.
Beliau menjawab, ''Takwa kepada Allah dan akhlak yang Baik'' (HR Tirmidzi dan Ahmad).
Tatkala Rasulullah SAW menasehati sahabatnya, beliau menggandengkan antara nasihat untuk bertakwa dengan nasihat untuk bergaul atau berakhlak yang baik kepada manusia, sebagaimana hadits dari Abi Dzar. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.'' (HR Tirmidzi).
Benar, tauhid adalah sisi pokok atau inti Islam, yang juga harus diutamakan. Namun, tidak berarti mengabaikan akhlak sebagai penyempurna. Tauhid dan akhlak sangat berkaitan erat, karena tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia.
Semakin sempurna tauhid seseorang, akan semakin baik pula akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang hamba memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya. Akhlak juga merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah SAW, ''Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.'' (HR Tirmidzi dan Ahmad).
Dimensi akhlak dalam Islam mencakup beberapa hal yaitu: -Akhlak kepada Allah SWT dengan cara mencintai-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, malu kepada-Nya untuk berbuat maksiat, selalu bertobat, bertawakal, takut akan azab-Nya dan senantiasa berharap akan rahmat-Nya.
Tatkala Rasulullah SAW menasehati sahabatnya, beliau menggandengkan antara nasihat untuk bertakwa dengan nasihat untuk bergaul atau berakhlak yang baik kepada manusia, sebagaimana hadits dari Abi Dzar. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.'' (HR Tirmidzi).
Benar, tauhid adalah sisi pokok atau inti Islam, yang juga harus diutamakan. Namun, tidak berarti mengabaikan akhlak sebagai penyempurna. Tauhid dan akhlak sangat berkaitan erat, karena tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia.
Semakin sempurna tauhid seseorang, akan semakin baik pula akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang hamba memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya. Akhlak juga merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah SAW, ''Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.'' (HR Tirmidzi dan Ahmad).
Dimensi akhlak dalam Islam mencakup beberapa hal yaitu: -Akhlak kepada Allah SWT dengan cara mencintai-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, malu kepada-Nya untuk berbuat maksiat, selalu bertobat, bertawakal, takut akan azab-Nya dan senantiasa berharap akan rahmat-Nya.
· Akhlak kepada Rasulullah saw dengan cara beradab dan menghormatinya, mentaati dan mencintai beliau, menjadi kaumnya sebagai perantara dalam segala aspek kehidupan, banyak menyebut nama beliau (bersalawat), menerima seluruh ajaran beliau, menghidupkan sunah-sunah beliau, dan lebih mencintai beliau daripada diri kita sendiri, anak kita, bapak kita, dan lain-lain.
· Akhlak terhadap Alquran dengan cara membacanya dengan khusuk, tartil dan sesempurna, sambil memahaminya, menghapalnya dan mengamalkannya dalam kehidupan riil.
· Akhlak kepada makhluk Allah SWT mulai diri sendiri, orangtua, kerabat, handai taulan, tetangga dan sesama Mukmin sesuai dengan tuntunan Islam.
· Akhlak kepada orang kafir dengan cara membenci kekafiran mereka, tetapi tetap berbuat adil kepada mereka, berupa membalas kekejaman mereka atau memaafkannya. Berbuat baik kepada mereka secara manusiawi selama hal itu tidak bertentangan dengan syariat Islam dan mengajak mereka kepada Islam.
· Akhlak terhadap makhluk lain termasuk menyayangi binatang yang tidak mengganggu, menjaga tanaman dan tumbuh-tumbuhan dan melestarikannya, dan lain-lain.
JANGAN MERASA PALING SHOLEH
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu.”(QS, al-Hujurat [49]: 13)
orang yang paling taqwa diantara kamu.”(QS, al-Hujurat [49]: 13)
Dua orang laki-laki bersaudara . Mereka sudah yatim piatu sejak remaja.
Keduanya bekerja pada sebuah pabrik kecap.
Keduanya bekerja pada sebuah pabrik kecap.
Mereka hidup rukun , dan sama-sama tekun belajar agama. Mereka berusaha
mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin.
mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin.
Untuk datang ke tempat pengajian, mereka acap kali harus berjalan kaki
untuk sampai ke rumah Sang Ustadz. Jaraknya sekitar 10 km dari rumah
peninggalan orangtua mereka.
untuk sampai ke rumah Sang Ustadz. Jaraknya sekitar 10 km dari rumah
peninggalan orangtua mereka.
Suatu ketika sang kakak berdo’a memohon rejeki untuk membeli sebuah mobil
supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya, bila
pergi mengaji. Allah mengabulkannya, jabatannya naik, dia menjadi
kepercayaan sang direktur. Dan tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia
miliki. Dia mendapatkan bonus karena omzet perusahaannya naik.
supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya, bila
pergi mengaji. Allah mengabulkannya, jabatannya naik, dia menjadi
kepercayaan sang direktur. Dan tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia
miliki. Dia mendapatkan bonus karena omzet perusahaannya naik.
Lalu sang kakak berdo’a memohon seorang istri yang sempurna, Allah
mengabulkannya, tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang
gadis yang cantik serta baik akhlaknya.
mengabulkannya, tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang
gadis yang cantik serta baik akhlaknya.
Kemudian berturut-turut sang Kakak berdo’a memohon kepada Allah akan
sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain. Dengan
itikad supaya bisa lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dan
Allah selalu mengabulkan semua do’anya itu.
sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain. Dengan
itikad supaya bisa lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dan
Allah selalu mengabulkan semua do’anya itu.
Sementara itu, sang Adik tidak ada perubahan sama sekali, hidupnya tetap
sederhana, tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang dulu dia
tempati bersama dengan Kakaknya. Namun karena kakaknya sangat sibuk
dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, maka sang
adik sering kali harus berjalan kaki untuk mengaji kerumah guru mereka.
sederhana, tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang dulu dia
tempati bersama dengan Kakaknya. Namun karena kakaknya sangat sibuk
dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, maka sang
adik sering kali harus berjalan kaki untuk mengaji kerumah guru mereka.
Suatu saat sang Kakak merenungkan dan membandingkan perjalanan hidupnya
dengan perjalanan hidup adiknya. Dia dia teringat bahwa adiknya selalu
membaca selembar kertas saat dia berdo’a, menandakan adiknya tidak pernah
hafal bacaan untuk berdo’a.
dengan perjalanan hidup adiknya. Dia dia teringat bahwa adiknya selalu
membaca selembar kertas saat dia berdo’a, menandakan adiknya tidak pernah
hafal bacaan untuk berdo’a.
Lalu datanglah ia kepada adiknya untuk menasihati adiknya supaya selalu
berdo’a kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, ” Dik,
sesungguh ketidak mampuan kita menghapal quran, hadits dan bacaan doa.
berdo’a kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, ” Dik,
sesungguh ketidak mampuan kita menghapal quran, hadits dan bacaan doa.
bisa jadi karena hati kita kurang bersih.. ”
Sang adik Mengangguk, hatinya terenyuh dan merasa sangat bersyukur sekali
mempunyai kakak yang begitu menyayanginya, dan dia mengucapkan terima
kasih kepada kakaknya atas nasihat itu.
mempunyai kakak yang begitu menyayanginya, dan dia mengucapkan terima
kasih kepada kakaknya atas nasihat itu.
Suatu saat sang adik meninggal dunia, sang kakak merasa sedih karena
sampai meninggalnya adiknya itu tidak ada perubahan pada nasibnya
sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor
hatinya sehubungan do’anya tak pernah terkabul.
sampai meninggalnya adiknya itu tidak ada perubahan pada nasibnya
sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor
hatinya sehubungan do’anya tak pernah terkabul.
Sang kakak membereskan rumah peninggalan orang tuanya sesuai dengan
amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid. Tiba-tiba matanya
tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa dipakai oleh
adiknya yang berisi tulisan do’a, diantaranya Al-fatehah, Shalawat, do’a
untuk guru mereka, do’a selamat dan ada kalimah di akhir do’anya:
amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid. Tiba-tiba matanya
tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa dipakai oleh
adiknya yang berisi tulisan do’a, diantaranya Al-fatehah, Shalawat, do’a
untuk guru mereka, do’a selamat dan ada kalimah di akhir do’anya:
“Ya, Allah. tiada sesuatupun yang luput dari pengetahuan Mu,
Ampunilah aku dan kakak ku, kabulkanlah segala do’a kakak ku,
Jadikan Kakakku selalu dalam lindungan dan cinta-Mu,
Ampunilah aku dan kakak ku, kabulkanlah segala do’a kakak ku,
Jadikan Kakakku selalu dalam lindungan dan cinta-Mu,
Bersihkanlah hati ku dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku
didunia dan akhirat.”
didunia dan akhirat.”
Sang Kakak berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya.Dia telah
salah menilai adiknya. Tak dinyana ternyata adiknya tak pernah sekalipun
berdo’a untuk memenuhi nafsu duniawinya.
salah menilai adiknya. Tak dinyana ternyata adiknya tak pernah sekalipun
berdo’a untuk memenuhi nafsu duniawinya.
Kekayaan, kemiskinan, kebaikan, keburukan dan setiap musibah yang menimpa
manusia merupakan ujian dari Allah swt. yang diberikan kepada hambanya.
Itu bukan ukuran kemuliaan atau kehinaan seseorang. Janganlah bangga
karena kekayaan dan janganlah putus asa karena kemiskinan..
manusia merupakan ujian dari Allah swt. yang diberikan kepada hambanya.
Itu bukan ukuran kemuliaan atau kehinaan seseorang. Janganlah bangga
karena kekayaan dan janganlah putus asa karena kemiskinan..
DAHSYATNYA ENERGI MEMAAFKAN
”Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?” (QS. An-Nuur [24]: 22).
Minggu siang, 8 April 2001 di Augusta National Golf Club Georgia, Amerika Serikat, Tiger Woods, Pegolf yang saat itu berusia 25 tahun, menyelesaikan hole ke-18 dengan mengayunkan putter-nya dari jarak 5 meter dan masuk sempurna! Dan para penonton berteriak histeris, “Tiger! Tiger!” melalui kemenangannya ini Tiger Woods mencapai prestasi yang luar biasa. Dalam jangka waktu setahun ia telah meraih juara dari empat pertandingan yang amat bergengsi didunia golf internasional.
Ayahnya berkata,”Ketekunan berlatih, tekad kuat untuk meraih kemenangan, tabah mengatasi kekalahan merupakan ciri-ciri Tiger Woods.” Walaupun mengalami diskriminasi dibeberapa klub golf, namun Ayahnya berpesan secara arif “Jangan sampai kau sakit hati dan memupuk dendam. Kau harus mengasihani orang-orang yang masih rasialis.”
Disepanjang perjalanan karier dan bisnis, tidak dapat dipungkiri bahwa kita harus berhadapan dengan berbagai jenis kepribadian manusia. Roberta Cava, dalam bukunya Dealing with Difficult People, menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang berpotensi menyulitkan kita, yaitu:
1. Mereka yang sering membuat kita emosional.
2. Mereka yang membuat kita terpaksa melakukan sesuatu yang sesungguhnya tidak kita ingin lakukan.
3. Mereka yang mencegah atau menghalangi kita untuk melakukan sesuatu yang seharusnya kita lakukan.
4. Mereka yang suka menimbulkan perasaan bersalah jika kita tidak melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya.
5. Mereka yang suka menimbulkan perasaan-perasaan negatif terhadap kita seperti frustasi, marah, minder, iri, depresi, dan sebagainya.
6. Mereka yang selalu menggunakan kekerasan dan memanipulasi untuk mencapai tujuannya.
Kita tidak mungkin dapat mengendalikan sikap orang-orang tersebut. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk mencegah mereka agar tidak berbuat negatif. Namun, kita bisa mengelola hati kita. Daripada sibuk menyimpan kekesalan, dendam, dan amarah yang jelas-jelas tidak berguna, bukankah lebih baik jika kita berpikir tentang cara agar kita dapat menaklukan musuh tanpa harus bertempur? Ingatlah bahwa tak ada yang lebih hebat yang dapat menghambat kebahagiaan kita daripada rasa benci, marah, dan kesal.
Tidaklah penting apa yang dilakukan seseorang terhadap kita atau besarnya kesalahan mereka. Jika kita tidak memaafkannya, kitalah yang akan menanggung akibatnya. Memaafkan dan mengampuni orang lain membebaskan kita dari kelumpuhan hidup.
Menyimpan rasa dendam dan amarah memboroskan tenaga dan energi yang dapat kita arahkan menuju kebahagiaan. Jika kita rela memaafkan, kita dapat menyumbang lebih banyak pada kehidupan dan merasa bahagia terhadap diri sendiri dan orang lain.
Pengampunan itu menyembuhkan. Pengampunan itu membuka hati kita, membebaskan emosi-emosi kita, melepaskan energi yang tersumbat didalam tubuh, dan membiarkan dia hidup mengalir bebas.
Mengampuni dan melupakan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tindakan ini diperlukan kerendahan dan kebesaran hati. Namun, itulah satu-satunya cara untuk menempuh jalan menuju kebahagiaan dan kesuksesan sejati.
Sahabat, hidup ini akan semakin terasa sangat singkat kalau hanya untuk Membenci, tidak satupun diantara kita yang paling sempurna dan paling suci, mari kita maafkan ayah ibu kita, anak-anak kita, suami kita, istri kita, saudara-saudara kita, bos kita, karyawan kita, pembantu kita, teman dan sahabat kita. Ada banyak cara memberi dan meminta maaf, jika kita masih malu dan ragu bertemu, via SMS dan FB bisa menjadi pendahuluannya.
”Maafkanlah mereka dan lapangkan dada, sesungguhnya Allah senang kepada orang-orang yang berbuat kebajikan (terhadap yang melakukan kesalahan kepadanya)” (QS. Al-Ma‘idah [5]: 13). Baca juga QS Al-Baqarah (2): 109, dan An-Nûr (24): 22.
Rasullulah Saw memberikan bimbingan, “Carilah alasan untuk memaafkan saudaramu walau hingga 70 alasan.” Seorang murid bertanya kepada gurunya, Imam Hasan Al-Basri, “Mengapa Rasullah menyuruh kita mencari 70 alasan untuk memaafkan?”. Jawab Hasan Basri, “Itu menunjukkan pentingnya memaafkan. Sebelum kita sampai pada 70 alasan kita belum bisa memaafkan, kita harus bersedih karena memiliki hati sekeras batu.
Sumber Rumah Yatim Indonesia : http://www.rumah-yatim-indonesia.org/
SAHABAT PENGHUNI SURGA
ABU BAKAR AS SHIDDIQ RADHIALLAHU ‘ANHU
...Aku do`akan semoga engkau termasuk dalam golongan mereka wahai Abu Bakar
Masuklah (ke syurga), karena Rasulullah Saw telah memberi kabar gembira untukmu dengan syurga.
...Aku do`akan semoga engkau termasuk dalam golongan mereka wahai Abu Bakar
Masuklah (ke syurga), karena Rasulullah Saw telah memberi kabar gembira untukmu dengan syurga.
Namanya selalu tertulis setelah nama Nabi Muhammad SAW.....
Dia adalah pemimpin utama ummat muslim setelah Rasulullah....
Dia orang yang selalu mengerjakan sholat dan bersujud sepanjang malam...
Dia orang yang berjalan dengan rasa aman di hari kiamat nanti...
Dia yang menafkahkan hartanya untuk memperluas wilayah islam dan berperang demi Risalah Islam...
Dia orang yang selalu memberi, bertakwa dan berbuat jujur dengan kebaikan.
Dia-lah yang dimaksud dalam ayat berikut: “Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling taqwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya”. (QS. Al Lail:17-19)
Dia selalu mengikuti jalan yang lurus dan menjadikan Zat yang Maha Mulia (Allah) sebagai tempat kembali...
Dia-lah yang diberi julukan khalîl Rasulillah (Kekasih Rasululah)SAW... dan selalu menjawab panggilan Allah dan Rasulullah Saw....
Dia memiliki sikap yang sangat zuhud dalam kehidupan duniawi dan sangat mencintai kehidupan ukhrawi...
Dia-lah orang yang mendapat Ridha Tuhannya dan sangat takut kepada-Nya....
Dia-lah orang yang selalu dipercaya karena ketulusannya...
Dia hamba Allah yang sangat menyayangi ummat
Dia-lah yang memiliki akhlak yang sangat mulia setelah para Nabi dan para Rasul....
Dia adalah laki-laki pertama yang masuk islam....
Dia adalah sahabat yang paling dicintai oleh Nabi Saw....
Dia-lah yang pertama kali masuk syurga setelah para Nabi dan para Rasul....
Dan dia ummat islam pertama yang masuk syurga.....
Dialah sesepuh utama yang dihormati kaum muhajirin dan kaum Anshar....
Dia murid pertama yang mendapat bimbingan langsung dari pendidikan Rasulullah Saw....
Dia orang yang sangat dipercaya...
Dia sahabat karib Rasulullah...
Dia memiliki hati yang sangat lembut...
Dia sosok yang penuh kasih sayang...
Dia-lah yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan Allah....
Dia-lah.. yang kelak dibebaskan dari api neraka....
semua deskripsi di atas adalah gambaran sosok Abu Bakar as-Shiddiq RA
Abu Bakar mendengar langsung berita tentang risalah islam dari sang pembawa panji kebenaran –Muhammad Saw, dan membuka pendengaran, mata hati dan akalnya untuk menerima kebenaran itu...
Kemudian dia masuk islam, meninggalkan patung-patung berhala, meninggalkan sahabat-sahabatnya yang masih kafir, dan memutuskan untuk menerima kebenaran islam. Setelah beliau kembali dalam keadaan beriman dan membenarkan islam, Abu bakar menyampaikan berita gembira itu kepada Utsman, Talhah, Zubeir, dan Sa’ad. Kemudian merekapun masuk islam. Setelah itu, di hari kedua setelah Abu Bakar masuk islam, dia mendatangai Utsman bin ma’zhûn, Abu Ubaidah bin jarrâh, Aburrahman bin Auf, Abu Salamah bin Abdul Asad dan al-Arqam bin al-Arqam. Kemudian mereka juga masuk islam.
Berita masuk islamnya Abu bakar sampai kepada orang-orang kafir Quraisy. Setelah itu mereka langsung menunjukkan api kemarahan dan kegusaran. Mereka bersumpah untuk mencelakakannya. Mereka mengecam dan memperolok-oloknya. Padahal dia termasuk petinggi yang di taati di kalangan suku Quraisy, dan memiliki perilaku yang sangat luhur.
Bahaya semakin mengancam keselamatan Abu bakar as-Shiddiq RA, hingga membuatnya terpaksa berhijrah menuju negri Habsyah. Akan tetapi ketika sampai di Baraka al Ghamâd , Dia bertemu dengan Ibnu ad Dighinnah yang merupakan seorang petinggi di sana. Kemudian dia berkata: “Hendak pergi kemana Engkau wahai Abu Bakar?”. Lalu Abu Bakar menjawab: “Aku telah diusir oleh kaummu. Dan aku ingin mencari tempat yang tenang agar aku bisa menyembah Tuhanku”. Kemudian Ibnu ad Dighinah berkata: “Sesungguhnya orang seperti engkau tidak layak keluar dan tidak layak diusir wahai Abu Bakar. Karena engkau telah meolong orang-orang yang tidak mampu, Engkau telah menyambung tali silaturrahmi dan menjamin orang-orang yang lemah . Engkau menghormati tamu dan memberi pertolongan pada orang-orang yang tertimpa musibah . Karena itu kembalilah, dan sembahlah Tuhanmu di negrimu.
Setelah itu Abu Bakar kembali (ke mekkah)dan Ibnu ad-Dighinnah ikut bersamanya. Sesampainya di sana, Ibnu ad-Dighinnah mendatangi para kafir Quraisy dan berkata: “Sesunguhnya Abu bakar tidak layak keluar dan tidak layak dikeluarkan. Apakah kalian rela mengeluarkan orang yang telah memberi pertolongan kepada orang-orang yang tidak mampu dalam suku kalian, menjamin orang-orang lemah, menghormati tamu, dan menolong orang-orang yang tertimpa musibah?”.
Kemudian orang-orang Quraisy itu tunduk kapada Ibnu ad- Dighinnah dan memberi suaka keamanan bagi Abu Bakar. Lalu mereka berkata: “Kalau begitu, perintahkanlah Abu Bakar untuk kembali ke rumahnya dan menyembah Tuhannya. Dia boleh shalat kapanpun dia mau, Dia boleh membaca (al-Qur`an) sesuka hatinya asalkan tidak mengganggu kami, akan tetapi dia tidak boleh melaksanakan shalat dan membaca alQur`an di luar rumahnya”. Setelah itu Abu Bakarpun melaksanakannnya.
Setelah beberapa waktu, Abu Bakar membangun sebuah masjid di halaman rumahnya. Dan Rasulullah shalat di dalamnya. Hal tersebut disaksikan oleh para kaum wanita dan anak-anak dari kalangan suku Quraisy yang tertegun dengan penuh rasa kekaguman. Mereka juga menyaksikan kelembutan hati Abu Bakar yang tidak bisa menahan tangis ketika membaca al-Qur`an. Hal tersebut membuat suku Quraiy merasa khawatir. Kemudian mereka mengutus seseorang untuk menemui Ibnu ad-Dighinnah dan berkata: “Sesungguhnya kami meminta jaminanmu agar Abu bakar hanya Menyembah Allah di dalam rumahnya, akan tetapi dia telah melewati batas itu dengan membangun masjid di halaman rumahnya, dan mengerjakan shalat secara terang-terangan. Tentu saja kami takut ini akan menimbulkan fitnah bagi istri-istri dan anak-anak kami. Karena itu, jika dia ingin kami melindunginya, mintalah untuk membatasi aktivitas ibadahnya kepada Allah hanya dalam rumahnya saja. Akan tetapi jika dia menolak, dan tetap melakukan ibadah secara terang-terangan, maka putuskanlah jaminanmu untuknya (mereka tidak bisa melanjutkan perjanjian yang dulu telah disepakati-pent). Sesungguhnya kami tidak ingin keluar dari kesepakatan kami denganmu . Akan tetapi kami tidak bisa membiarkan Abu Bakar untuk beribadah secara terang-terangan.
Kemudian Ibnu ad-Dighinnah mendatangi Abu Bakar dan berkata: “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya engkau telah mengetahui perjanjian yang telah aku buat denganmu. Engkau bisa membatasi ibadahmu hanya di dalam rumahmu, atau aku mencabut jaminanku untukmu. Sesungguhnya aku tidak ingin mendengar bangsa Arab berkata bahwa sesungguhnya aku telah melanggar perjanjian yang telah aku buat dengan seseorang”.
Kemudian Abu Bakar berkata: “Baiklah. Kalau begitu aku kembalikan suaka perlindunganku kepadamu, aku lebih suka meminta suaka perlindungan Allah” .
Umar berkata: “Demi Allah, ada sebuah malam yang dilalui oleh Abu Bakar dan malam itu lebih baik dari seluruh malam yang dilalui keluarga Umar dan sebuah hari yang dilalui Abu Bakar juga lebih baik dari seluruh hari yang dilalui keluarga Umar”.
15 SEBAB DICABUTNYA BERKAH
Berkah adalah sesuatu yang tumbuh dan bertambah, perasaan nyaman, tenteram. Sedangkan tabarruk adalah doa seorang manusa atau selainnya untuk memohon berkah. Allah SWT menjadikan berkah hanya bagi hamba-Nya yang beriman, bertaqwa dan shaleh. Firman Allah SWT dalam surat Al-A’raf ayat 96 yang artinya:”Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi....”
Beberapa sebab dicabutnya Berkah, antara lain :
1. Tidak adanya taqwa dan tidak takut kepada Allah SWT.
2. Tidak ikhlas dalam beramal.
3. Tidak menyebut nama Allah SWT dalam setiap perbuatan dan tidak melakukan dizikir serta ibadah kepada-Nya.
4. Memakan barang yang haram dan yang dihasilkan dari perbuatan haram.
5. Tidak berbakti kepada kedua orangtua dan menyia-nyiakan hak anak.
6. Memutus tali silaturahmi dan hubungan kekerabatan.
7. Sikap bakhil dan tidak mau berinfak.
8. Tidak bertawakkal kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya.
9. Tidak ridha terhadap apa yang diberikan oleh Allah SWT dan tidak pernah merasa puas (tidak qana’ah).
10. Melakukan perbuatan maksiat dan dosa, serta enggan bertaubat dan beristighfar.
11. Tidak mendidik anak dengan ajaran agama.
Anak kita adalah tumpuan hati kita, pengharum jantung kita, pewangi aroma dunia dan buah kehidupan kita. Siapa saja yang berlaku buruk terhadap anak, maka ia telah merugi dan telah melakukan ketidakpatutan. Anak kita adalah madu kehidupan kita.
12. Berbuat kerusakan dan keburukan di muka bumi.
13. Tidak bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat-Nya.
14. Pertengkaran dan perselisihan antara suami istri, sesama dengan saudara.
15. Mendoakan kecelakaan bagi diri sendiri, anak-anak dan harta benda.
Tidak ada kebaikan dan keberkahan pada dirimu, anakmu atau harta bendamu jika engkau mendoakannya dengan kecelakaan, karena terkadang Allah SWT mengabulkan doamu pada saat itu, maka terjadilah musibah dan engkau menyesal ketika penyesalan itu tak berguna lagi.
Semoga Allah SWT selalu memberi kita Keberkahan. berkah Ilmu, harta, umur, rupa fisik, dan semua kebaikan-kebaikan yang ada pada kehidupan kita. Amien….
( Dari berbagai sumber )
Semoga kita senantiasa mendapatkan kecintaan Allah, itulah yang seharusnya dicari setiap hamba dalam setiap detak jantung dan setiap nafasnya.
Saudaraku, sungguh setiap orang pasti ingin mendapatkan kecintaan Allah. Lalu bagaimanakah cara cara untuk mendapatkan kecintaan tersebut. Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan beberapa hal untuk mendapatkan maksud tadi dalam kitab beliau Madarijus Salikin.
Pertama, membaca Al Qur’an dengan merenungi dan memahami maknanya. Hal ini bisa dilakukan sebagaimana seseorang memahami sebuah buku yaitu dia menghafal dan harus mendapat penjelasan terhadap isi buku tersebut. Ini semua dilakukan untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh si penulis buku. [Maka begitu pula yang dapat dilakukan terhadap Al Qur’an, ]
Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan ibadah yang sunnah, setelah mengerjakan ibadah yang wajib. Dengan inilah seseorang akan mencapai tingkat yang lebih mulia yaitu menjadi orang yang mendapatkan kecintaan Allah dan bukan hanya sekedar menjadi seorang pecinta.
Ketiga, terus-menerus mengingat Allah dalam setiap keadaan, baik dengan hati dan lisan atau dengan amalan dan keadaan dirinya. Ingatlah, kecintaan pada Allah akan diperoleh sekadar dengan keadaan dzikir kepada-Nya.
Keempat, lebih mendahulukan kecintaan pada Allah daripada kecintaan pada dirinya sendiri ketika dia dikuasai hawa nafsunya. Begitu pula dia selalu ingin meningkatkan kecintaan kepada-Nya, walaupun harus menempuh berbagai kesulitan.
Kelima, merenungi, memperhatikan dan mengenal kebesaran nama dan sifat Allah. Begitu pula hatinya selalu berusaha memikirkan nama dan sifat Allah tersebut berulang kali. Barangsiapa mengenal Allah dengan benar melalui nama, sifat dan perbuatan-Nya, maka dia pasti mencintai Allah. Oleh karena itu, mu’athilah, fir’auniyah, jahmiyah (yang kesemuanya keliru dalam memahami nama dan sifat Allah), jalan mereka dalam mengenal Allah telah terputus (karena mereka menolak nama dan sifat Allah tersebut).
Keenam, memperhatikan kebaikan, nikmat dan karunia Allah yang telah Dia berikan kepada kita, baik nikmat lahir maupun batin. Inilah faktor yang mendorong untuk mencintai-Nya.
Ketujuh, -inilah yang begitu istimewa- yaitu menghadirkan hati secara keseluruhan tatkala melakukan ketaatan kepada Allah dengan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya.
Kedelapan, menyendiri dengan Allah di saat Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir untuk beribadah dan bermunajat kepada-Nya serta membaca kalam-Nya (Al Qur’an). Kemudian mengakhirinya dengan istighfar dan taubat kepada-Nya.
Kesembilan, duduk bersama orang-orang yang mencintai Allah dan bersama para shidiqin. Kemudian memetik perkataan mereka yang seperti buah yang begitu nikmat. Kemudian dia pun tidaklah mengeluarkan kata-kata kecuali apabila jelas maslahatnya dan diketahui bahwa dengan perkataan tersebut akan menambah kemanfaatan baginya dan juga bagi orang lain.
Kesepuluh, menjauhi segala sebab yang dapat mengahalangi antara dirinya dan Allah Ta’ala.
Semoga kita senantiasa mendapatkan kecintaan Allah, itulah yang seharusnya dicari setiap hamba dalam setiap detak jantung dan setiap nafasnya. Amien
Sumber : http://wirausahapesantren.blogspot.com
10 MANFAAT SEHAT SENYUM
Senyum anda, Senyum kami “. Itu slogan yang biasa didengungkan para praktisi kesehatan gigi. Ini yang setiap hari dilakukan oleh mereka. Berusaha untuk menganalisis masalah utama kesehatan gigi dan mulut, melakukan tindakan perawatan gigi dan mulut, mengevaluasi hasilnya, melakukan penelitian dan terobosan terhadap kemungkinan perawatan yang lebih canggih serta terus mengupdate perkembangan teknologi semata-mata hanya dengan satu tujuan yaitu bagaimana membuat semua orang bisa “tersenyum” tentu saja senyum yang sehat dan indah. Senyum mungkin bagi anda adalah hal yang sederhana dan mudah, cukup menarik sudut bibir ke arah samping dan menampakkan gigi mudah kan? Namun tidak sesederhana itu, kadang tersenyum saat-saat tertentu sangatlah sulit. Terlebih jika anda tidak “mood” untuk senyum.
Senyum dihubungkan dengan karakter seseorang, karena tidak sedikit ditemukan sifat individu yang “murah senyum”. Senyum banyak dikaitkan dengan perasaan hati, kondisi jiwa, dan mood. Senyum dapat mempengaruhi kesehatan, tingkat stress, dan daya tarik anda. Senyum juga dipercaya sebagai salah satu jalan jika ingin awet muda. Senyum diketahui mempunyai manfaat untuk kesehatan diantaranya yaitu :
1. Senyum membuat anda lebih menarik.
Kita akan selalu tertarik pada orang yang selalu tersenyum. Orang yang selalu tersenyum punya daya tarik tersendiri. Wajah yang berkerut, cemberut, membuat orang menjauh dari anda, tetapi sebaliknya senyum bisa membuat mereka tertarik.
2. Senyum mengubah mood anda
Ketika anda merasa jatuh atau “down” cobalah untuk tersenyum. Mungkin saja mood anda akan berubah menjadi lebih baik.
3. Senyum dapat merangsang orang lain tersenyum
Ketika seseorang tersenyum maka senyum tersebut akan membuat suasana menjadi lebih cerah, mengubah mood orang lain yang ada disekitarnya, dan membuat semua orang menjadi senang. Orang yang suka tersenyum membawa kebahagiaan buat orang yang ada di sekitarnya. Seringlah tersenyum maka anda akan disukai oleh banyak orang.
4. Senyum dapat Mengurangi stress
Stress secara nyata dapat muncul di wajah anda. Senyum membantu mencegah kesan bahwa kita sebenarnya sedang lelah atau merasa ”down”. Jika anda sedang stres cobalah untuk tersenyum, maka stress anda akan berkurang dan anda akan merasa lebih baik untuk membuat langkah selanjutnya.
5. Senyum meningkatkan sistem imun (kekebalan) tubuh anda
Senyum dapat membantu kerja imun tubuh agar dapat bekerja dengan baik. Ketika anda tersenyum, fungsi imun meningkatkan kemungkinan anda menjadi lebih rileks.
6. Senyum menurunkan tekanan darah anda
Ketika anda tersenyum,maka tekanan darah anda akan menurun. Jika anda tak percaya, anda boleh mencobanya sendiri, jika anda memiliki alat pengukur tekanan darah di rumah anda.
7. Senyum mengeluarkan endorphins, (pereda rasa sakit secara alami) dan serotonin
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa senyum dapat merangsang pengeluaran endorphin, pereda rasa sakit yang alami, serta serotonin. Senyum memang obat yang alami.
8. Senyum dapat melenturkan kulit wajah dan membuat anda terlihat lebih muda
Otot-otot yang digunakan untuk tersenyum ikut membuat anda terlihat lebih muda. Jika anda ingin sesuatu yang beda, maka berikan senyum anda sepanjang hari, maka anda akan terlihat lebih muda, dan merasa lebih baik.
9. Senyum membuat anda tampak sukses
Orang yang tersenyum terlihat lebih percaya diri dalam menjalani hidupnya. Cobalah tersenyum saat anda melakukan pertemuan dan saat ada janji, yakin rekan-rekan kerja, sahabat, orang-orang terdekat anda akan merasakan sesuatu yang berbeda.
10. Senyum membuat anda tetap positif
Cobalah tes ini: Senyumlah. Lalu sekarang cobalah berpikir sesuatu yang negatif tanpa berhenti tersenyum. Sulit kan ? . Karena ketika anda tersenyum maka senyum tersebut akan mengirimkan sinyal ke tubuh anda bahwa “hidup anda saat ini baik-baik saja”.
Maka jauhkan diri anda dari depresi, stress, dan rasa khawatir dengan satu kata yaitu “senyum”, tentu saja dengan memberikan senyum pada tempat dan suasana yang tepat, tidak kemudian berlebihan. Karena jika berlebihan, maka tentu orang lain akan menganggap anda kurang waras…lalu pertanyaan sederhananya… “sudahkan anda tersenyum hari ini…??”
MEMBEBASKAN DIRI DARI RIYA’
DAN SUM’AH
Riya’ = pingin dilihat orang
Sum’ah = pingin didengar orang
Riya’ berasal dari kata araa (melihat) dan riya’un (memperlihatkan) adalah memperlihatkan (memamerkan) amal sholih kepada orang lain.
Sum’ah adalah memperdengarkan yang diamalkan.
Sum’ah adalah memperdengarkan yang diamalkan.
“Dari Amirul mu’minin Umar bin Al-Khotthob rodiallahu’anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Sesungguhnya amalan-amalan itu berdasarkan niatnya dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan, maka barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya adalah kepada Allah dan RasulNya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena untuk menggapai dunia atau wanita yang hendak dinikahinya maka hijrahnya kepada apa yang hijrahi”. (HR. Al-Bukhari).
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q. S. 2 : 264)
Harta, ilmu, kesempurnaan fisik, prestasi, kedudukan, dan lain-lain.
H. R. Ahmad : “Sesungguhnya yang aku khawatirkan pada kamu sekalian adalah syirik kecil. Mereka berkata: “Apakah syirik kecil itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Riya.” ….
Sikap ini muncul karena orang kurang memahami dengan baik tujuan ibadah dan amal yang dilakukan. Dalam Islam, setiap ibadah, amal, dan aktivitas lainnya harus dilakukan demi mencari ridha Allah SWT. Firman-Nya, ''Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam'.'' (QS Al-An’am : 162).
Riya yang ditampilkan orang dalam perilaku sehari-hari erat dengan sifat angkuh yang dimilikinya. Riya berawal dari keinginan untuk menunjukkan bahwa ia yang paling hebat, baik, taat, dan dermawan yang merupakan bagian dari sifat angkuh. Allah berfirman, ''Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.'' (QS Al-Anfaal : 47).
Riya muncul akibat kurang iman kepada Allah dan hari akhirat serta ekspresi ketidakjujuran atau kedustaan menjalankan agama. Dalam melakukan ibadah dan kebaikan orang yang riya berorientasi jangka pendek: mendapat pujian manusia. Ia melakukan ibadah karena ingin dipandang sebagai orang taat dan saleh. Apabila memberi sedekah dan bantuan kepada sesama, ia ingin disebut sebagai dermawan dan memiliki kepekaan sosial. Allah menjelaskan, ''Dan orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian, barang siapa yang mengambil setan itu menjadi temannya, maka setan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.''
Riya yang ditampilkan orang dalam perilaku sehari-hari erat dengan sifat angkuh yang dimilikinya. Riya berawal dari keinginan untuk menunjukkan bahwa ia yang paling hebat, baik, taat, dan dermawan yang merupakan bagian dari sifat angkuh. Allah berfirman, ''Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.'' (QS Al-Anfaal : 47).
Riya muncul akibat kurang iman kepada Allah dan hari akhirat serta ekspresi ketidakjujuran atau kedustaan menjalankan agama. Dalam melakukan ibadah dan kebaikan orang yang riya berorientasi jangka pendek: mendapat pujian manusia. Ia melakukan ibadah karena ingin dipandang sebagai orang taat dan saleh. Apabila memberi sedekah dan bantuan kepada sesama, ia ingin disebut sebagai dermawan dan memiliki kepekaan sosial. Allah menjelaskan, ''Dan orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian, barang siapa yang mengambil setan itu menjadi temannya, maka setan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.''
(QS Annisa : 38).
Tanda-tanda :
Ø Al Ghazali dari Al Ihya’ mengatakan tanda-tanda orang berbuat riya’: malas beramal bila sendirian dan bersungguh-sungguh bila ada di tengah-tengah orang, dia akan menambah amalan bila dipuji dan akan melanggar larangan bila sendirian.
Ø HR Ibnu Majah : “Aku beritahukan tentang kaum-kaum umatku, mereka datang pada hari kiamat dengan kebaikan-kebaikan seperti gunung-gunung Mekkah yang putih. Namun Alloh menjadikan kebaikan-kebaikan itu sebagai debu yang berhamburan. Bukankah mereka saudara-saudaramu juga? Mereka akan bangun di tengah malam sebagaimana kalian beribadat di tengah malam, akan tetapi bila mereka sendirian, mereka akan melanggar.”
Sebab – sebab :
Ø Keluarga dan lingkungan
Ø Tidak ma’rifat kepada Alloh swt
Ø Shadaarah (mendapatkan kepercayaan untuk mengurusi sesuatu)
Ø Menginginkan milik orang lain
Ø Nafsu ingin dipuji
Ø Bertindak sok
Ø Mencari popularitas
H. R. Muslim : “Ada orang berjuang untuk mendapatkan rampasan perang, untuk dipuji, untuk mencari kedudukan, dari semua itu manakah yang disebut berjuang di jalan Alloh? Nabi menjawab: barangsiapa berjuang untuk meninggikan Kalimatullah, maka ia berjuang di jalan Alloh SWT.
Akibat :
Ø Tidak mendapat taufik dan hidayah
Ø Tidak berwibawa
Ø Tidak dipedulikan orang lain
Ø Tidak tekun beribadah
Ø Sombong
Ø Siksa yang besar di akhirat
Terapi :
Ø Mengingat akibat yang ditimbulkan riya,
Ø Menjauhkan diri dari orang-orang riya’
Ø Ma’rifatulloh (mengenal Allah SWT)
Ø Melawan hawa nafsu
Ø Bersikap belas kasih
Ø Berpegang teguh pada akhlak Islam
Ø Kembali ke Al-Qur’an dan sunah
Ø Muhasabah (Tafakur)
Ø Menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah SWT
Orang-orang seperti itu di akhirat kelak dicap Allah sebagai pendusta. Rasulullah SAW bersabda, ''Ada yang mengaku berjuang di jalan Allah hingga mati syahid, padahal ia berperang hanya ingin dikenal sebagai pemberani. Ada yang mengaku mempelajari ilmu pengetahuan, mengajarkan, dan membaca Alquran karena Allah, padahal ia hanya ingin dikenal sebagai orang alim dan qari'. Ada yang mengaku mendermakan harta untuk mencari ridha Allah, padahal ia hanya ingin disebut dermawan. Amalan semua orang itu ditolak Allah dan mereka dimasukkan ke dalam neraka.'' (HR Muslim). Wallahu a'lam bishowab.